Me

Me

Rabu, 02 Juni 2010

Interferensi Fe(III) pada penentuan tembaga (Cu)

A. Judul Percobaan
Pemisahan Metodik Interferensi Fe (III) pada Penentuan Tembaga (Cu)
B. Tujuan Percobaan
Mencegah gangguan interferensi Fe (III) pada penentuan tembaga (II) pada titrasi iodometri
C. Landasan Teori
Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan pemisahan dan analisis senyawa kimia yang mencakup analisis kualitatif dan kuantitatif. Dikatakan berhubungan dengan pemisahan, karena mencakup pemisahan secara fisis maupun kimia. Pemisahan secara fisis dapat dilakukan sejak pengambilan sampel sampai dengan memisahkan hasil (misalnya penyaringan endapan). Pemisahan secara kimia misalnya menentukan karbonat dan bikarbonat yang berasal dari suatu campuran melalui titrasi. Kedua senyawa tidak perlu dipisahkan secara fisis, tetapi dengan menggunakan indicator yang berbeda, kedua senyawa tetap berada dalam sampel bersama-sama dapat ditentukan secara terpisah (Tim dosen kimia analitik, 2010; 1).
Adakalanya di dalam suatu analisis, tahap pengukuran baik untuk tujuan kualitatif maupun kuantitatif dapat dilakukan langsung terhadap sampel. Namun, lebih sering terjadi adalah diperlukannya tahap pemisahan analit dari zat-zat pengganggu agar proses pengukuran itu terjadi dalam medium bebas dari gangguan (Soebagio, 2002; 1).
Ion besi (III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 c mm-3 untuk low spin dan 232 c mm-3 untuk high-spin hingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Besi (III) bromida mirip dengan basi (III) klorida, tetapi besi (III) iodida tidak dapat diisolasi sebab ion iodida mereduksi besi (III) menjadi besi (II)
2Fe3+ + 2I-  2Fe2+ + I2
(Sugiyarto, 2003; 242).
Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi maka:
I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-
Selama reaksi zat antara S2O3I- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai:
S2O32- + I3- S2O3I- + 2I-
Yang mana berjalan terus menjadi:
2S2O3I- + I- S4O62- + I3-
Warna indikator muncul kembali pada:
S2O3I- + S2O32- S4O62- + I-
Reaksi berlangsung baik di bawah pH= 5,0 sedangkan pada larutan alkali, larutan asam hypoiodus (HOI) terbentuk (Khopkar, 2007; 54).
Kelebihan KI bereaksi dengan Cu (II) untuk membentuk CuI dan melepaskan sejumlah ekivalen I2.
2Cu2+ + 4I- 2CuI + I2
2Cu2+ + 3I- 2CuI + I3-
Iodida berperan sebagai reduktor. Reaksi dengan Cu:
Cu2+ + e- Cu+ E0 = 0,15 V
I2 + 2e- 2I- E0 = 0,54 V
Cu2+ + I- + e- CuI E0 = 0,86 V
(Khopkar, 2007; 54).
Kalium iodida mengendapkan tembaga (I) iodida yang putih, tetapi larutannya berwarna coklat tua karena terbentuknya ion-ion triiodida (iod)
2Cu2+ + 5I 2CuI + I3-
Dengan menambahkan natrium tiosulfat berlebih kepada larutan ion triiodida direduksi menjadi ion iodida yang tidak berwarna, dan warna putih dari endapan menjadi terlihat. Reduksi dengan tiosulfat menghasilkan ion tetrationat
I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-
Reaksi ini dipakai dalam analisis kualitatif untuk penentuan tembaga secara iodometri (Svehla, 1990; 231).
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi ioduim yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan secara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan sacara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat standar atau asam arsebit (Anonim, 2009).
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL 6 buah
2. Botol semprot 1 buah
3. Buret 50 mL 2 buah
4. Statif dan klem 2 buah
5. Gelas kimia 250 mL 1 buah
6. Corong biasa 1 buah
7. Batang pengaduk 1 buah
8. Ball pipet 1 buah
9. Pipet ukur 25 mL 1 buah
10. Gelas ukur 10 mL 1 buah
11. Gelas ukur 25 mL 1 buah
12. Labu ukur 100 mL 1 buah
13. Neraca Analitik
14. Pipet tetes
b. Bahan
1. KIO3 (kalium iodat) 0,1 N
2. H2O (aquadest)
3. KI (kalium iodida) 1 N dan 0,1 N
4. HCl (asam klorida)
5. Na2S2O3 (natrium tiosulfat) 0,1 N
6. Indikator amilum
7. Sampel A
8. Sampel B
9. KF 0,5 N
E. Cara Kerja
1. Menyediakan larutan kalium iodat 0,1 N dengan menimbang 0,35 gram KIO3 dan melarutkannya dalam labu ukur 100 mL dengan aquadest sampai tanda batas.
2. Mengambil 25 mL larutan standar primer KIO3 0,1 N, kemudian menambahkan 5 mL KI 1 N setelah itu menambahkan 10 mL HCl 2 N.
3. Menitrasi iodium yang bebas dalam larutan iodat ini dengan Na2S2O3 yang akan distandarisasi sampai warna berubah dari merah bata menjadi kuning pucat
4. Menambahkan 1-2 mL larutan amilum dan melanjutkan titrasi sampai warna biru hilang
5. Menghitung normalitas Na2S2O3 yang sebenarnya
6. Mengambil 25 mL larutan sampel A dan sampel B kemudian menambahkan 10 mL KI 0,1 N dalam masing-masing larutan.
7. Menitrasi iodium yang bebas dalam larutan sampel A dan B dengan natrium tiosulfat yang telah distandarisasi.
8. Menggunakan indicator amilum dan titrasi dihentikan bila warrna biru hilang. Mencatat volume titran
9. Mengambil 25 mL larutan sampel B. sebelum menambahkan 10 mL KI 0,1 N, terlebih dahulu ditambahkan 25 mL larutan KF 0,5 N untuk mengubah Fe(III) menjadi kompleks stabil. Kemudian menitrasi iodium yang bebas dengan tiosulfat dan menggunakan indicator amilum.
10. Mengulangi cara kerja 6,7, dan 8 hingga tiga kali dan mencatat volume titran.
F. Hasil Pengamatan
a) Standarisasi Na2S2O3
25 mL KIO3 0,1 N (bening) + 5 mL KI 1 N (bening)  larutan kuning + 10 mL HCl 2 N  larutan merah bata titrasi larutan kuning pucat + amilum  larutan biru titrasi larutan bening
Volume larutan Na2S2O3 yang digunakan
• Titrasi I : 26,00 mL
• Titrasi II : 25,60 mL
• Titrasi III : 25,70 mL
Dengan volume ata-rata = 25,77 mL

b) Penentuan Kadar Cu dalam Sampel
• 25 mL sampel A (biru) + 10 mL KI 0,1 N (bening)  larutan hijau titrasi larutan hijau pucat + amilum titrasi larutan putih susu
Volume Na2S2O3 yang digunakan
 Titrasi I : 8,40 mL
 Titrasi II : 8,60 mL
 Titrasi III : 8,50 mL
Dengan volume rata-rata 8, 50 mL
• 25 mL sampel B (hijau) + 10 mL KI 0,1 N (bening)  larutan coklat titrasi larutan coklat pucat + amilum titrasi larutan putih susu
 Titrasi I : 27,90 mL
 Titrasi II : 27,60 mL
 Titrasi III : 27,90 mL
Dengan volume rata-rata 27,80 mL
• 25 mL sampel B (hijau) + 25 mL KF 0,5 N (bening)  larutan biru + 10 mL KI 0,1 N (bening)  larutan hijau + amilum titrasi larutan putih susu
 Titrasi I : 7, 40 mL
 Titrasi II : 7,30 mL
 Titrasi III : 7,50 mL
Dengan volume rata-rata 7,40 mL


G. Analisis Data
1. Standarisasi larutan Na2S2O3
Dik : V KIO3 = 25 mL
N KIO3 = 0,I N
V tio = 26,00 mL + 25,60 mL + 25,70 mL
3
= 25,77 mL
Dit : N tio…..?
Peny :
N tio = (V x N) KIO3
V tio
= 25 mL x 0,1 N
25,77 mL
= 0,097 N
2. Penentuan Kadar Cu pada sampel A dan B
Dik : BM Cu = 63,5 mg/mmol
N tio = 0,097 mgrek/mL
V tio pada sampel A = 8,40 mL + 8,60 mL + 8,50 mL
3
= 8,50 mL

V tio pada sampel B = 27,90 mL + 27,60 mL + 27,90 mL
3
= 27,80 mL
V sampel A = V sampel B = 25 mL
Dit : Kadar Cu pada sampel A dan B…..?
Peny :
Na2S2O3  2Na+ + S2O32-
0,097 mgrek/mL = 0,097 mgrek/mL
2 mgrek/mmol
= 0,0485 mmol/mL
a) Untuk sampel A
Kadar Cu = (V x N) tio x BM Cu
V sampel A
= 8,50 mL x 0,0485 mmol/mL x 63,5 mg/mmol
25 mL
= 26,18 mg/mL
25
= 1,05 mg/mL
b) Untuk Sampel B
Kadar Cu = (V x N) tio x BM Cu
V sampel B
= 27,80 mL x 0,0485 mmol/mL x 63,5 mg/mmol
25 mL
= 85,62 mg/mL
25
= 3,42 mg/mL
3. Penentuan Kadar Cu pada sampel B + KF 0,5 N
Dik : BM Cu = 63,5 mg/mmol
N tio = 0,0485 mmol/mL
V tio = 7,40 mL + 7,30 mL + 7,50 mL
3
= 7,40 mL

V sampel B = 25 mL
Dit : Kadar Cu pada sampel B + KF…..?
Peny :
Kadar Cu = (V x N) tio x BM Cu
V sampel B
= 7,40 mL x 0,0485 mmol/mL x 63,5 mg/mmol
25 mL
= 22,79 mg/mL
25
= 0,91 mg/mL
H. Pembahasan
a. Standarisasi larutan Na2S2O3 0,1 N
Pada percobaan ini, larutan standar Na2S2O3 0,1 N distandarisai dengan menggunakan larutan KIO3 0,1 N yang berfungsi sebagai larutan standar primer yang akan mengoksidasi iodida menjadi iod, kemudian ke dalam larutan KIO3 0,1 N ini, ditambahkan larutan KI yang berfungsi sebagai penyedia ion iodida (I-) yang kemudian akan menjadi iodium. Setelah itu ditabahkabn HCl yang berfungsi memberikan suasana asam pada larutan. Hal ini karena reduksi dapat berlangsung dngan baik pada suasana asam.
Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :
KIO3  K+ + IO3-
KI  K+ + I-
Reduksi : IO3- + 6 H+ + 6 e  I- + 3H2O x1
Oksidasi : 2I-  I2 + 2e x3
IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + 3H2O
Dengan reaksi lengkap :
KIO3 + 5KI + 6HCl  KCl + 3I2 + 3H2O
Setelah ditambahkan HCl, larutan segera dititrasi. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan standar Na2S2O3 0,1 N. titrasi dilakukan dari warna merah bata menjadi kuning pucat. Setelah itu, ditambahkan indicator amilum yang berfungsi untuk mengatahui apakah semua iod telah habis bereaksi. Larutan kemudian kembali dititrasi sampai warna biru pada larutan hilang (bening). Volume rata-rata natrium tiosulfat yang digunakan yaitu 25,77 mL sehingga diperoleh konsentrasi sebesar 0,097 N
Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :
Reduksi : I2 + 2e  2I-
Oksidasi : 2S2O32-  S4O62- + 2e
I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-
Dengan reaksi lengkap :
2Na2S2O3 + 2¬I¬2  2NaI + Na2S4O6
Standarisadsi larutan Na2S2O3 yang dilakukan karena Na2S2O3 merupakan larutan standar sekunder yang tidak stabil dalam penyimpanan yang kemudian dapat mengubah mengubah konsentrasi Na2S2O3 karena adanya bekteri pemakan belerang yang menyebabkan pembentukan SO42-, SO32= dengan belerang koloidal. Oleh karena itu, larutan perlu untuk mengetahui konsentrasi
b. Penentuan Kadar Cu dalam sampel A dan B
Pada percobaan ini, dugunakan larutan smpel A yang menandung Cu muri dan larutan sampel B yang mengansung Cu dan Fe(III). Pada masing-maing larutan sampel ditambahkan dengan KI yang berfungsi untuk melepas I-. pada sampel A , iodida (I-) dioksidasi oleh Cu2+ menjadi iodium (I2) sedang pada sampel B, selain Cu2+ juga terdapat Fe3+ yang juga ikut mengoksidasi I- menjadi I2.
Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :
Sampel A : 2Cu2+ + 4I-  2CuI + I2
Sampel B : 2Cu2+ + 4I-  2CuI + I2
Fe3+ + 2I-  Fe2+ + I2
Setelah penambahan KI, larutan kemudian dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 dari warna hijau menjadi hijau pucat (sampel A). setela itu ditambahkan indicator amilum un menetahui apakan semua iod telah habis bereaksi. Kemudian titrasi dilanjutkan sampai berwarna putih susu. Pada sampel A, volume rata-rata Na2S2O3 yang digunakan adalah 8,50 mL sehingga diperoleh kadar sampel sebesar 1,05 mg/mL. pada sampel B, volume rata-rata Na2S2O3 yang digunakan yaitu 27,80 mL sehingga dipoeroleh kadar Cu pada sampel B lebih banyak dibandingkan kadar Cu pada sampel A. Hali ini disebabkan karena adanya interferensi iodida menjadi iodium sehingga volume Na2S2O3 yang digunakan menjadi jauh lebih banyak.
Adapun reaksi yang terjadi, yaitu
Reduksi : I2 + 2e  2I-
Oksidasi : 2S2O32-  S4O62- + 2e
I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-
Dengan reaksi lengkap :
2Na2S2O3 + 2¬I¬2  2NaI + Na2S4O6
c. Penentuan Kadar Cu dalam sampel B + KF
Pada percobaan ini, sampel B yang mengandung Cu2+ dan Fe3+ ditambahkan dengan KF yang berfungsi untuk mencegah interferensi Fe3+ kerena terbentuknya ion kompleks antara KF dan Fe3+ sehingga Fe3+ tidak lagi bisa mengoksidasi iodida menjadi iodium.
Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :
Fe3+ + 6KF  6K+ + [FeF6]3-
[FeF6]3- + I-
Setelah itu ditambahkan larutan KI yang berfungsi untuk melepaskan iodida yang kemudian bereaksi dengan Cu2+ membentuk I2.
Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :
2Cu2+ + 4I-  2CuI + I2
Setelah itu, larutan dititrasi dan ditambahkan indicator amilum kemudian dititrasi kembali sampai larutan berwarna putih susu. Volume rata-rata Na¬2S2O3 yang digunakan yaitu 7,40 mL sehingga diperoleh kadar Cu sebesar 0,91 mg/mL. nilai ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kadar Cu pada saat sampel B belum ditambahkan dengan KF. Hal ini karena pada larutan sampel B + KF sudah tidak terdapat interferensi Fe3+
Reduksi : I2 + 2e  2I-
Oksidasi : 2S2O32-  S4O62- + 2e
I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-
Dengan reaksi lengkap :
2Na2S2O3 + 2¬I¬2  2NaI + Na2S4O6
I. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
1) Konsentrasi Na2SO3 yang diperoleh setelah standarisasi sebesar o,o97 N
2) Kadar Cu pada sampel A sebesar 1,05 mg/mL
3) Kadar Cu pada sampel A sebesar 3,42 mg/mL
4) Kadar Cu pada sampel A sebesar 0,91 mg/mL
5) Interferensi Fe(III) dapat dicegah denan penambahan KF yang akan membentuk kompleks stabil dengan Fe3+
b. Saran
Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih berhati-hati dalam melakukan percobaan serta lebih teliti agar diperoleh hasil yang maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kuliah : Iodometri dan Iodimetri. Http://wiro.pharmacy.blogspot.com/2009/02/kuliah-iodometri-dan-iodimetri.html. Diakses pada 10 November 2009.

Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Soebagio. 2003. Kimia Analitik II. Malang : JICA.
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : JICA.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.



















JAWABAN PERTANYAAN

1) Semua Reaksi yang terjadi dalam percobaan :
 Standarisasi Larutan Na2S2O3 0,1 N
KIO3  K+ + IO3-
KI  K+ + I-
Reduksi : IO3- + 6 H+ + 6 e  I- + 3H2O x1
Oksidasi : 2I-  I2 + 2e x3
IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + 3H2O
Dengan reaksi lengkap :
KIO3 + 5KI + 6HCl  KCl + 3I2 + 3H2O
Raksi saat Penambahan Na2S2O3
2Na2S2O3 + 2¬I¬2  2NaI + Na2S4O6
 Penentuan Kadar Cu
Sampel A
Penambahan KI
2Cu2+ + 4I-  2CuI + I2
Pada saat Titrasi
2Na2S2O3 + 2¬I¬2  2NaI + Na2S4O6
Sampel B
Penambahan KI
2Cu2+ + 4I-  2CuI + I2
Fe3+ + 2I-  Fe2+ + I2
Pada saat Titrasi
2Na2S2O3 + 2¬I¬2  2NaI + Na2S4O6
Sampel B + KF
Penambahan KF
Fe3+ + 6KF  6K+ + [FeF6]3-
Penambahan KI
2Cu2+ + 4I-  2CuI + I2
[FeF6]3- + I-
Pada saat Titrasi
2Na2S2O3 + 2¬I¬2  2NaI + Na2S4O6
2) Fungsi dari NaF/KF adalah untuk mengubah Fe(III) menjadi kompleks stapib sehingga dapat mencegah interferensi Fe3+
3) Interferensi Fe3+ pada penentuan ion Cu2+ yaitu menyebabkan kadar Cu menjadi besar karena Fe3+ juga ikut mengoksidasi I- menjadi I2 sehingga larutan standar Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi menjadi lebih banyak.
4) Na2CO3 berfungsi menjaga larutan natrium tiosulfa (Pengawet) karena adanya bekteri pemakan belerang yang menyebabkan pembentukan SO42-, SO32= dengan belerang koloidal. Penambahan Na2CO3 tidak akan mempengaruhi proses titrasi karena dia tidak mengalami oksidasi. Yang mengalami oksidasi pada proses ini yaitu natrium tiosulfat

Ekstraksi Kontinyu Minyak Nabati

Judul Percobaan
Ekstraksi Kontinu Minyak Nabati
Tujuan Percobaan
Mengekstrak minyak nabati dari sampel (buah jarak, kacang-kacangan) dengan menggunakan soxhlet
Menentukan kadar minyak dari sampel dengan cara destilasi
Landasan Teori
Destilasi merupakan teknik pemisahan campuran dalam fasa cair yang homogeny dengan cara penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat yang ralatif lebih banyak mengandung komponen volatile (Tim Dosen Kimia Analitik, 2010 : 25).
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang didasarkan pada kelarutan atau solute dalam pelarut. Hidrodinamika ekstraksi merupakan factor yang menentukan basarnya solute yang diperoleh diekstrak karena hidrodinamika mempengaruhi lias perpindahan massa yaitu luas yang berada dalam kolom. Dalam ekstraksi, zat yang ddespersikan sebagai gelembung disebut fasa kontinu (Anonim, 2009).
Ragam ekstraksi yang tepat bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Mencemplungkan jaringan daun segar atau bunga, bila perlu dipotong-potong ke dalam etanol mendidih adalah suatu cara yang baik untuk mencapai tujuan itu. Alcohol, bagaimanapun juga adalah pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Selanjutnya, bahan dapat dimaserasi dalam suatu pelumat, lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betul-betul diperlukan bila kita ingin mengekstraksi habis. Bila mengisolasi senyawa dari jaringan hijau, keberhasilan ekstraksi dengan alcohol berkaitan langsung dengan seberapa jauh klorofil tertarik moleh pelarut itu. Bila ampas jaringan, pada ekstraksi ulang, sama sekali tak berwarna hijau lagi, dapat dianggap semua senyawa berbobot molekul rendah telah terekstraksi (Harborne, 1987).
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara pelarut dan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau mendekati sama. Selain pelarut, suhu juga ikut berpengaruh terhadap proses ekstraksi suatu bahan, dimana hampir semua zat padat dan zat cair kelarutannya dalam pelarut akan meningkat dengan kenaikan suhu sehingga tidak mungkin suhu dinaikkan terus selama proses ekstraksi karena itu perlu diketahui suhu optimum untuk proses ekstraksi ini (Said, 2005).
Walaupun suatu zat bisa larut dalam pelarut cair, tetapi jumlah yang dapat larut selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh (Syukri, 1999).
Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organic dari jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) ialah dengan mengekstraksi sinambung serbuk bahan dengan alat soxhlet dengan menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti, mulai dari eter, lalu eter minyak bumi, dan kloroform (untuk memisahkan lipid dan terpenoid) kemudian digunakan alcohol dan etil asetat (untuk senyawa yang lebih polar). Metoda ini berguna bila kita bekerja dengan skala gram (Harborne, 1987).
Minyak nabati ialah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit Afrika, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, kemiri, dan bunga matahari.
Kemiri (Aleurites moluccana) adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dari rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga memiliki kandungan minyak yang hamper sama. Kemiri sangat beracun ketika mentah. Biji kemiri mengandung bahan beracun dengan kekuatan ringan. Karena itu sangat tidak dianjurkan mengkonsumsi kemiri secara mentah (Anonim. 2009).
Minyak nabati, yang sangat tidak jenuh, dapat dikonversi menjadi lemak nabati padat, seperti merek Crisco, lewat hidrogenasi katalitik sebagian atau semua ikatan rangkapnya. Proses ini yang disebut pengerasan (hardening), diilustrasikan dengan didrogenasi gliseril trioleat menjadi gliseril tristearat (Hart, 2003).
CH2OCO(CH2)7 = CH(CH2)7CH3 CH2OCO(CH2)16CH3
CHOCO(CH2)7 = CH(CH2)7CH3  CH2OCO(CH2)16CH3
CH2OCO(CH2)7 = CH(CH2)7CH3 CH2OCO(CH2)16CH3
Gliseril trioleat (triolein) gliseril tristearat (tristearin)
(tl -17oC) (tl 55oC)
Alat dan Bahan
Alat
Neraca digital
Satu set alat soxhet
Mortar dan Alu
Gelas Ukur 25 mL
Pipet Tetes
Penangas Listrik
Cawan Penguap
Batang Pengaduk
Statif danklem
Batu didih
Botol semprot
Bahan
Kacang tanah
Eter
Aquadest
Kertas saring
Tali pengikat
Es batu
Aluminium foil
Cara Kerja
Menggerus 25 gram kacang tanah dengan mortar dan alu
Membungkus kacang tanah yang sudah halus dengan kertas saring sesuai dengan ukuran labu perendaman yang digunakan.
Menutup bagian atas dan bawah kertas saring dengan kapas kemudian memasukkannya ke dalam labu perendaman dan alat soklet.
Memasukkan eter ke dalam labu godok melalui labu perendaman sebanyak kurang lebih 60 % dari volume labu dan menambahkan beberapa butir batu didih.
Merangkai alat soklet.
Melakukan ekstraksi dengan memanaskan labu godok sampai terjadi sirkulasi pelarut sebanyak 5 kali dengan suhu 50 - 60 oC.
Melakukan destilasi untuk memisahkan eter dari residu.
Memindahkan residu ke dalam cawan penguap dan menguapkannya sampai residu bebas dari bau eter.
Mendinginkan residu kemudian menimbang dan mengukur volumenya untuk menentukan berat jenisnya.
Mengukur kadar minyak sampel tersebut.
Hasil Pengamatan
25 g kacang digerus kacang tanah halus dibungkus dengan kertas saring sampel diekstraksi 5 kali sirkulasi residu didestilasi residu (kuning) diuapkan residu berwarna kuning (minyak nabati)
Volume minyak nabati = 15 mL
Massa minyak nabati = 12,1 gram
Analisis Data
Massa jenis (ρ) minyak nabati
Dik : V minyak nabati = 15 mL
Massa minyak nabati = 12,1 gram
Dit : ρ….?
Peny :
ρ=(massa minyak nabati)/(volume minyak nabati)= (12,1 gram)/(15 mL)=0,807 gram/mL
Kadar minyak nabati dalam sampel
kadar (rendemen)=(massa minyak nabati)/(massa kacang tanah) x 100%
= (12,1 gram)/(25 gram) x 100%=48,4%
Pembahasan
Pada percobaan ini, akan dilakukan ekstraksi kontinyu untuk memperoleh minyak nabati dari kacang tanah. Ekstraksi adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan kelarutan suatu zat dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Pada percobaan ini, ekstraksi dilakukan dengan soxhletasi
Pertama-tama, kacang tanah digerus terlebih dahulu sebelum ditimbang. Fungsi penggerusan adalah untuk memperluas bidang sentuh sehingga semakin memudahkan dalam proses ekstraksi. Setelah itu, sampel dibungkus dengan kertas saring kemudian pada bagian atas dan bawah kertas saring diberi kapas. Hal ini agar sampel tidak keluar saat ekstraksi berlangsung.
Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah eter. Hal ini karena eter memiliki sifat yang sama dengan minyak nabati yaitu sama-sam bersifat nonpolar selain itu, eter juga bersifat volatile (mudah menguap). Sebelum dilakukan ekstraksi terlebih dahulu ditambahakan batu didih pada labu godog. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya letupan-letupan saat ekstraksi berlangsung. Ekstraksi dilakukan sebanyak 5 kali ekstraksi. Hal ini dilakukan agar semakin banyak minyak yang terekstrak dari sampel.
Setelah itu, residu yang diperoleh didestilasi untuk memisahkan minyak dengan eter. Selain itu dilakukan pula penguapan sampai bau eter tidak tercium lagi. Hal ini dilakukan agar minyak yang diperoleh benar-benar murni.
Dari hasil percobaan, diperoleh residu berwarna kuning dengan berat 12,1 gram dengan volume 15 mL. Dari hasil ini diperoleh massa jenis minyak nabati sebesar 0,807 g/mL selain itu diperoleh kadar minyak dalam sampel sebesar 48,4%
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Minyak nabati dapat diperoleh dengan jalan ekstraksi menggunakan soxhlet dan alat destilasi dengan pelarut eter
Kadar minyak dalam sampel 48,4% dengan ρ = 0,807 g/mL
Saran
Sebaiknya dalam praktikum, praktikan lebih teliti dan hati-hati agar diperoleh hasil yang maksimal.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Ekstraksi Kontinu Minyak Nabati. Http://id.netlog.com/ekha_mifta/blog/blogid.616hayu diakses pada 1 April 2010.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Said, dkk. 2005. Manfaat Bahan Alam. Bandung : Balai Pustaka
Syukri. 1999. Kimia Dasar II. Jakarta : Penerbit ITB.
Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pembangunan tidak hanya beruanglingkup pada pembangunan fisik. Sukses tidaknya pembangunan fisik itu sangat ditentukan oleh keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual yang secara bulat diartikan pembangunan manusia, dan yang terakhir menjadi tugas utama pendidikan.
A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta Titik Temunya
Pembangunan umumnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industry yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, dan jembatan tanpa menyinggung pembangunan sumber daya manusia.
Pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang ekonomi dan industry belum menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan jika kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spiritual. Pembangunan ekonomi dan industry mungkin dapat memenuhi aspek tertentu dari kebutuhan, misalnya kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan, tetapi tidak untuk kebutuhan spiritual yang lain.
Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusia bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi. Tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapat dipenuhi hajat hidup, jasmani, dan rohani sebagai makhluk individu, social, dan religious agar dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Dalam pembangunan, manusia dipandang sebagai objek dan sekaligus subjek pembangunan. Sebagai objek pembangunan, manusia sebagai sasaran yang dibangun. Peranan pendidikan memungkinkan berubahnya potensi manusia menjadi aksidensi dari naluri jadi menjadi nurani sehingga manusia menjadi sumber daya atau modal utama pembangunan yang manusiawi
Sebagai subjek, manusia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif baik terhadap saranan lingkungan alam maupun lingkungan social atau spiritual.
Pendidikan mengarah ke dalam diri manusia sedang pembangunan mengarah ke luar, yaitu ke lingkungan sekitar manusia. Pendidikan dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang usaha pendidikan.
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari beberapa segi :
1. Segi Sasaran Pendidikan
Tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Peran pendidikan terdapat dalam berbagai lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, anak dilatih tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral serta ditanamkan hal-hal yang bersifat religious.
Dalam lingkungan sekolah, peserta didik dibimbing untuk memperluas bekal yang diperoleh dari lingkungan keluarga berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dalam lingkungan masyarakat, peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan proses belajarnya melalui jalur lingkungan sekolah.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dimana pendidikan dasar memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi serta memberikan bekal dasar kepada warga Negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri ke dalam gerak pembangunan.
4. Segi Pembidagan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sector kehidupan meliputi antara lain bidang ekonomi, hukum, social politik, keuangan, perhubungan, dan lain-lain.
Pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya pembangunan kemudian manusia selaku sebagai sumber daya pembangunan membangun lingkungannya. Manusia merupakan kunci pembangunan. Artinya, kesuksesan pembangunan bergantung kepada manusianya. Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia pencipta pembangunan



C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan system pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change (agen perubahan sosial tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Strukturnya , kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntutan baru tersebut.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, system pendidikan meliputi banyak aspek yang saling berkaitan erat. Aspek-aspek tersebut, yaitu aspek filosofi keilmuan, aspek yuridis, aspek struktur, dan aspek kurikulum.
Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain. Struktur pendidikan, kurikulum dan lain-lain harus mengacu pada spek tersebut. Oleh karena itu, perubahan apapun yang terjadi harus tetap berada dalam wadah filosofis dan yuridis.
Aspek Filosofi keilmuan
Aspek filosofi berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional tentunya memberikan peluang bagi pengembangan sifat hakikat manusia yang bersifat kodrati.
Aspek Yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Hal ini dimungkinkan karena UUD 1945 isinya ringkas sehingga sifatnya lugas. Tetapi kemajuan zaman menibulkan kebutuhan-kebutuhan baru khususnya kebutuhan akan penyempurnaan system pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru tersebut.
Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar, dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain sebagai akibat dari perkembangan social budaya dan politik.
Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan yang dimaksud mengenai materi, orientasi-orientasi, pendekatan, dan metodenya.

Filsafat Pendidikan

BAB I
KRISIS KEHIDUPAN

A. Kebangkrutan Ekonomi
Perilaku manusia cenderung untuk memperoleh kekayaan material sebanyak mungkin melalui jalan manapun. Hal ini disebabkan karena lahan subur berupa “kepadatan penduduk dunia” dan asumsi kekurangan pangan yang mendorong terciptanya ekonomi perdagangan.
Adanya ekonomi perdagangan monopolistic menyebabkan sosialitas terbelah menjadi dua lapis yaitu produsen dan konsumen. Antara produsen dan konsumen secara diam-diam membangun kompromi berupa nilai kenikmatan hidup dari barang-barang produksi. Namun dibalik itu semua, telah terjadi kanibalisme kehidupan dimana produsen semakin terdorong untuk melipatgandakan kuantita kenikmatan yang kemudian membentuk sikap serakah (greedy) dan konsumen semakin tergentung pada produsen yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku malas (lazy).
B. Kemunafikan Politik
Politik nasional Negara-negara berkembang tidak mampu melepaskan diri dari kolonialisme ekonomi kapitalistik
Keberhasilan perekonomian nasional berada ditangan pemerintah, akan tetapi yang tampak yaitu prinsip moral dari mereka untuk memperoleh kekuasaan untuk mendapatkan meteri sebanyak-banyaknya dari Negara.
Sekarang ini nilai substansial politik telah ditinggalkan dan berganti oleh kelicikan. Bagi mereka kekuasaan Negara dijadikan eksploitasi demi kenikmatan hidup. Hal ini mengakibatkan bangkrutnya perekonomian nasional dan kebangkrutan moral.
Kebangkrutan ini harus diatasi dengan cara mempergunakan politik sebagai dominan terhadap ekonomi. Untuk itu perpolitikan harus dikembalikan ke azas filsafat dengan nilai moralitasnya.
C. Ketidakadilan Hukum
Teroridsme merupakan perilaku negatif yang dilakukan oleh pihak lemah melawan pihak kuat. Perilaku negatif ini desebabkan sikap tidak adil dan otoriter oleh pihak penguasa.
Seperti halnya kondisi dunia ekonomi dan politik, dunia hukum juga mengalami krisis berat. Penegakan hukum dan keadilan di dunia, khususnya di Negara-negara berkembang seperti Indonesia mengalami kendala berat karena oknum pejabat dan penegak hukum pada umumnya justru terlibat dalam tindak kejahatan di segala bidang.
Jalan yang harus ditempuh untuk menghentikan ketidakadilan ini yaitu melalui pendidikan. Dengan pendidikan, moralitas dibangun, kepribadian dibentuk dan etika kehidupan nasional menjadi lahan subur bagi nilai-nilai keadilan.
D. Kehancuran Pendidikan dan Kebudayaan
Teknologi dan perindustrian sebagai prodak pendidikan berhasil mendorong dinamika kehidupan melaju begitu cepat. Tetapi pendidikan ini tidak ditumbuhkembangkan dalam perilaku keseharian, ketika terlepas dari bingkai pendidikan, maka teknologi dan perindustrian otomatis memberikan keleluasaan terhadap perkembangan moral keserakahan.
Dunia pendidikan telah bergeser kearah titik kenikmatan ekonomi material, dimana keluarga akan menyerahkan anak-anak mereka ke sekolah yang dianggap dapat menghasilkan uang nantinya. Hal ini mengakibatkan adanya pengangguran intelektual yang dapat mendorong tumbuhnya moral konsumtif-konsumeristik yang bertentangan dengan kebudayaan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi pendidikan ini sedang mengalami krisis

E. Filsafat Hidup : Hedonisme Materialistik
Di dalam filsafat terdapat dua paham yang saling bertentangan, yaitu paham idealisme dan materialism. Idealisme berpendapat bahwa kehidupan sekarang ini hanya baying-bayang belaka dan kehidupan sesungguhnya berada di dunia idea sedangkan materialism berpendapat bahwa kehidupan yang ada di dunia idea adalah semu karena tidak nyata dan terukur.
Pendidikan sekolah, keluarga, bahkan masyarakat memiliki andil yang cukup besar terhadap krisis kehidupan manusia di segala bidang. Secara factual pendidikan telah dapat mengubah filosofi hidup ke arah kehidupan yang hedonism materialistic.












BAB II
ISI DAN ARTI FILSAFAT

A. Pendekatan Etimologis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu phillein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Menurut Sochrates, yang secara etimologi mengatakan bahwa manusia tidak berhak atas kebijaksanaan karena keterbatasan yang dimilikinya. Manusia hanya berhak mencintainya.
Istilah cinta secara awam menggambarkan adanya aksi diantara dua pihak dimana satu bertindak sebagai objek dan satunya lagi bertindak sebagai subjek yang harus saling menyatu dalam arti mengetahui sifat dan hakikat satu sama lain.
Kebijaksanaan berarti perbuatan bijaksana yang dikenal sebagai sifat benar, baik, dan adil yang timbul dari kemauan yang kuat menurut perenungan atau kepututsan akal pikiran dan pertimbangan perasaan yang mendalam.
Secara etimologi disimpulkan bahwa filsafat berarti pengetahuan mengenai pengetahuan atau akar dari pengetahuan atau pengetahuan terdalam.
B. Perkembangan Beberapa Aliran
Materialisme : Herakleitos dan Parmenides
Herakleitos (535-475 SM) tidak mengakui adanya pengetahuan umum yang bersifat tetap. Ia hanya mengakui kemampuan indra dan menolak kemampuan akal karena setiap perubahan terjadi dalam realitas konkret.
Paemenides (540-575 SM) mengatakan bahwa yang “ada” itu ada dan yang “tidak ada” memang tidak ada. Jadi yang ada tidak dapat dipertentangkan dengan yang lain. Oleh karena itu, yang ada itu satu, sempurna dan tidak terbagi-bagi.
Idealisme : Sokrates dan Plato
Sokrates (469-399 SM) berpendapat bahwa manusia dengan kesemuanya hanya mampu mencintainya sedangkan kebijaksanaan hanya ada di dunia idea, yaitu dunia yang tidak mungkin dapat disentuh oleh manusia.
Realisme : Aristoteles
Aristoteles (384-342 SM) berpendapat bahwa dunia sesungguhnya adalah dunia real yaitu dunia konkret, bersifat relatif dan berubah-ubah. Sedangkan dunia idea adalah dunia abstrak yang bersifat semu terlepas dari pengalaman.
Berpendapat bahwa setiap hal yang ada pasti ada dalam 10 kategori, yaitu substansi, kualitas, kuantitas, aksi, passi, space, tempo, sittus,dan habitus
Rasionalisme : Rene Descartes (1596-1650)
Substansi yang ada hanya dapat diketahui oleh potensi ratio sedangkan pengalaman indra hanya mendapatkan kesan fenomenologis tanpa arti.
Empirisme : John Locke (1632-1704)\
Kemampuan ratio hanya dapat mengetahui secara abstrak, umum, dan tidak bersifat tetap sedang pengalaman indralah yang mampu mengenali yang konkret, yang satu-persatu dan selalu berubah-ubah
Kritisisme : Immanuel Kant (1724-1804)
Ratio memiliki kemampuan menangkap kebenaran pengetahuan secara umum tetapi lemah terhadap pengetahuan konkret khusus sebaliknya pengalaman memiliki kekuatan mengenali setiap hal yang khusus tetapi kabur dalam prinsip-prinsip umum.
C. Pendekatan Objektif
Menurut objek materinya, filsafat menyelidiki segala sesuatu yang ada,meliputi manusia, alam dan sang pencipta.
Menurut objek formanya, filsafat menyelidiki segala sesuatu yang ada dari seluruh segi mulai dari segi abstrak sampai segi konkret.
D. Definisi Akumulatif
Filsafat adalah pemikiran radikal, yaitu berpikir mendalam sampai ditemukan unsur-unsur inti secara sistematik bersama-sama menjadikan objek pemikiran itu ada sebagaimana halnya.
Pemikiran kefilsafatan adalah suatu kegiatan berpikir dengan metoda abstaksi, maksudnya mengabstaksikan yang konkret dengan melepaskan satu per satu hal-hal yang menempel pada objek.

















BAB III
HAKIKAT MANUSIA DAN PERSOALAN PENDIDIKAN

A. Hakikat Manusia
Perilaku negatif sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pengetahuan manusia belum terhubungkan secara kausalistik fungsional dengan realitas konkret fungsional dengan realitas konkret perilaku sehari-hari.
Di dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek.
Manusia memposisikan dan memerankan diri di atas segala-galanya dank arena itu memiliki keleluasaan untuk memanfaatkan potensi alam termasuk dirinya sendiri dan sesamanya.
Hakikat manusia, yaitu :
1. Manusia sebagai makhluk berpengetahuan
Manusia memiliki 3 potensi, yaitu cipta, easa, dan karsa. Dengan ketiga potensi ini, manusia selalu terdorong untuk mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung di dalam segala sesuatu yang ada ini.
Ketiga jenis nilai ini menjadi landasan dasar untuk mendirikan filsafat hidup, menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap dan perilaku hidup agar senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.
Filsafat hidup mengandung pengetahuan yang bernilai universal meliputi masalah-masalah tentang asal kehidupan, tujuan dan eksistensi kehidupan.
Pedoman hidup adalah pengetahuan umum yang khusus dijadikan suatu prinsip yang dihinggap benar karena sesuai dengan hakikat asal mula dan berguna bagi pencapaian tujuan kehidupan.
Sikap dan perilaku hidup adalah pengetahuan khusus konkret berupa setiap langkah kehidupan yang ditentukan sepenuhnya oleh pedoman hidup.
2. Manusia sebagai makhluk berpendidikan
Dalam perilaku sehari-hari pengetahuan menjadi moral, dan kemudian menjadi etika kehidupan sehingga hakikat perilaku adalah berupa kecenderungan mempertanggung jawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan ini.Tanggung jawabnya itu berupa nilai keadilan.Adil terhadap diri sendiri,terhadap manusia dan lebih-lebih terhadap alam dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung.
3. Manusia sebagai makhluk berkebudayaan
Kebudayaan material maupun spiritual adalah upaya manusia untuk mengubah dan membangun keterhubungan berimbang baik secara horizontal maupun secara vertical.
Secara horizontal dengan sikap terdidiknya manusia mendukung kodrat untuk senantiasa terdorong membangun hubungan dengan diri sendiri dan sesamanya secara berkeadilan.
B. Filosofi Kehidupan
Secara filosofis persoalan hidup dapat dikategorikan dalam tiga titik. Pertama, titik ‘asal mula’ yang ditandai denga peristiwa kelahiran. Kedua, titik ‘tujuan’ yang ditandai dengan peristiwa kematian. Ketiga, titik ‘eksistensi’ perupa garis lurus perjalanan kehidupan manusia yang menghubungkan antara kedua titik terdahulu.
Titik asal mula dan tujuan kehidupan ada dua yaitu; di dunia metafisis yang tunggal adanya bersifat universal dan absolud tidak mengalami perubahan dan di dunia fisis yang relatif adanya yang merupakan ruang lingkup pengalaman dan pemikiran manusia
Karena sifat fisisnya dunia eksistensi sering diposisikan saling bertentangan dengan dunia metafisis. Padahal sebenarnya dunia fisis merupakan perwujudan dari dunia metafisis jadi keduanya merupakan suatu keutuhan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan.
Hakikat Asal Mula dan Tujuan Kehidupan
Hakikat asal mula kehidupan itu hanya ada satu, bersifat universal berada di dunia metafisis, karena itu bersifat absolud tidak mengalami perubahan dan sebagai sumber dari segala sumber yang ada.
Hakikat tujuan kehidupan hanya ada satu, bersifat universal, dan .berada di dunia metafisis dan merupakan tujuan akhir dari segala sesuatu yang ada didunia ini. Akal pikiran manusia dapat memastikan bahwa kehidupan ini berawal dari prima kausa (Tuhan) dan akhirnya kembali kepada tuhan pula.
C. Problematika Pendidikan di dalam Kehidupan
Atas posisi dan fungsinya, manusia berkewajiban kodrati untuk mempertahankan, mengatur dan mengembangkan kehidupan dirinya baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat maupun sebagai makhluk dalam eksistensi alam limgkungan yang harmonis.
Menurut pertimbangan filsafat penyebab dominan kenapa masyarakat bisa terjerumus kedalam eksistensi kehidupan karena kualitas pendidikan yang rendah.
Kualitas individu sangat ditentukan oleh kualitas tujuan hidupnya. Kualitas tujuan hidup itu ditentukan oleh kualitas kehidupan yang dikembangkannya.
Secara filosofi pendidikan seharusnya mengembangkan potensi spiritual, intelektual dan moral menurut hubungan sebab akibat.
Ada pergeseran orientasi, watak, sikap, dan perilaku kehidupan yang amat memprihatinkan, yaitu dari kebutuhan menjadi keinginan, dimana telah menjadi kejelasan bahwa sifat kebutuhan itu terbatas sedangkan keinginan bersifat tak terbatas.
Problematika Pendidikan
Komersialisasi pendidikan yang terjadi berbanding lurus dengan krisis moral yang disebabkan kerena adanya pendangkalan orientasi pendidikan sebagai akibat dari system ekonomi pasar dunia yang bersifat material kapitalistik.
Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan secara sistematik adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan Negara serta pada gilirannya adalah peserta didik itu sendiri.
Pendidikan sekolah sangat kurang tercukupi fasilitas dan potensi sumber daya manusianya sehingga terjadi pergeseran nilai kualitatif menjadi semakin kuantitatif. Hal ini akan membuat pluralitas kehidupan social menjadi imitative, dan kemudian hanya dapat menghasilkan kebangkrutan kehidupan social di segala bidang.
Paradigma pendidikan dapat dibangun berdasarkan wawasan konstekstual yang sedang berjalan dalam kehidupan masyarakat.








BAB IV
ARTI PENDIDIKAN
-Pendekatan Esistensial-

A. Arti Luas Pendidikan
Dalam arti luas, pendidikan merupakan system proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Pendidikan wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja karena menjadi dewasa, cerdas dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.
Manusia menjalankan pendidikan secara naluriah untuk kelangsungan hidupnya. Selanjutnya atas daya ciptanya, manusia mulai mengadakan perubahan dan perkembangan penyelenggaraan pendidikan secara terencana.
Jadi, pendidikan adalah suatu upaya untuk membuat manusia menjadi lebih baik dalam arti kehidupan menjadi lebih berkembang.
B. Arti Sempit Pendidikan
Dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisir yang dilaksanakan secara terjadwal dalam sistrem pengawasan dan diberikan evaluasi pada tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berarti pendidikan bukan memotong isi dan materi pendidikan, melainkan mengorganisirnya dalam bentuk sederhana tanpa mengurangi hakikat dan kualitas pendidikan.
Ada dua sasaran khusus dalam kegiatan pembelajaran, yaitu menumbuhkan kesadaran peserta didik dan membentuk kemampuan berupa kecakapan dan keterampilan
Ciri khas arti pendidikan menurut Mudyahardjo yaitu: pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas, dalam ruang terbatas, suatu lingkungan khusus, isi pendidikan disusun secara sistemik, dan tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar.
Pendidikan dan manusia adalah dua hal yang sulit untuk dipisahkan karena pendidikan menentukan sifat hakikat manusia dan manusia menciptakan model dan bentuk pendidikan menurut sifat hakikatnya itu.
C. Arti Alternatif Pendidikan
Secara alternative, pelaku pendidikan adalah keluarga, masyarakat dan sekolah dalam suatu system integral disebut tripartite pendidikan yang bertujuan agar aspirasi pendidikan yang tumbuh dari setiap keluarga dapat dikembangkan di dalam kegiatan pendidikan sekolah untuk kemudian dapat diimplementasikan dai dalam kehidupan masyarakat luas.
Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan potensi-potensi spiritual, intelektual, dan emosional setiap individu.
Masa pendidikan berlangsung sepanjang zaman
Pendidikan berlangsung bukan di sembarang lingkungan, tetapi hanya di lingkungan social budaya.
Kegiatan pendidikan di lingkungan manapun selalu merupakan kegiatan pembelajaran, bukan kegiatan pengajaran.
D. Paradigma Filsafat Pendidikan
Hubungan kodrat antara pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara wadah dan isinya, serta jiwa dan badannya. Agar hubungan ini tetap terpelihara maka pendidikan perlu dibangun kerangka filosofisnya.
Penilaian tegas bahwa pendidikan belum berhasil menciptakan perkembangan dan kemajuan kehidupan manusia dewasa ini terbelah secara tajam menjadi dua sisi yang menyebabkan konflik social yang dapat mengancam stabilitas social. Hal inilah yang mendorong dibangunnya filosofi pendidikan yang sesuai dengan kodrat hidup manusia.
Dalam tingkat metafisis disebut aspek ontology, dalam tingkat teoritis disebut epistemology dan tingkat praktis desebut aspek etika.
Aspek ontology adalah proses pendidikan dengan penekanan pada suatu filsafat hidup yang dijiwai oleh nilai kejujuran yang diharapkan dapat mengembangkan kematangan spiritual. Aspek epistemology menekankan system kegiatan pendidikan pada pembentukan sikap ilmiah yang dijiwai oleh nilai kebenaran yang diharapkan dapat mengembangkan kematangan intelektual. Sedangkan aspek etika menekankan pada system kegiatan pendidikan pada perkembangan perilaku bertanggung jawab yang dijiwai oleh nilai keadilan yang diharapkan dapat mengembangkan kematangan emosional.













BAB V
ASPEK ONTOLOGI PENDIDIKAN
-Pengembangan Kecedasan Spiritual-

A. Pendidikan dan Manusia
Potensi kejiwaan cipta, rasa, dan karsa mutlak perlu mendapat bimbingan berkelanjutan karena ketiganya adalah potensi kreatif dan dinamis khas manusia.
Peran keluarga dalam pendidikan. Pendidikan di dalam keluarga sangat berbantung pada kecenderungan yang kuat orang tua terhadap dunia pendidikan. Tingkat dan kualitas pendidikan orang tua menjadi tidak penting dan menentukan tetapi justru bergantung pada kualitas motivasinya.
Nilai keindahan spiritual perlu dijabarkan ke dalam kehidupan sehari-hari oleh kedua orang tua. Tiga moral spiritual tersebut adalah syukur, sabar dan ikhlas.
Peran pendidikan sekolah. System kegiatan pendidikan di sekolah untuk mengembangkan dan membentuk potensi intelektual atau pikiran menjadi cerdas. Pencerdasan tersebut dilakukan dengan reading (membaca), writing (menulis), dan arithmatics (berhitung).
Peranan masyarakat. Semua pihak dalam masyarakat bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan spiritual untuk kemudian dapat membuahkan nilai keadilan.
B. Pendidikan dan Filsafat
Secara etimologis, filsafat berarti cinta kearifan yang berarti mendambakan kehidupan yang diliputi dengan sikap dan perilaku adil.
Menurut objek penyelidikannya, filsafat adalah studi yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu yang ada. Hal ini berarti segala sesuatu yang ada di dunia pengalaman sekarang berasal dari satu substansi yaitu Tuhan.
Berdasarkan filsafat, pendidikan berkepentingan untuk membangun filsafat hidup untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar senantiasa dalam keteraturan. Tanpa filsafat pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa dan tanpa pendidikan, filsafat tetap berada dalam dunia utopianya.
C. Pendidikan dan Sejarah
Sejarah adalah suatu rentetan kejadian yang berlangsung di dalam kehidupan masyarakat manusia yang disengaja dan berlangsung menurut suatu perencanaan.
Dengan sejarah, manusia semakin sadar bahwa dirinya sebagai makhluk berkemampuan untuk mengadakan perubahan dan mengembangkan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.
Dalam kaitannya dengan sejarah, pendidikan adalah suatu system bimbingan permanusiaan untuk masa mendatang yang artinya pendidikan dapat dikatakan sebagai system penyejarahan manusia.
D. Pendidikan dan IPTEK
Keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan akibat langsung dari eksistensi manusia historisitas kependidikan sejak lahir sampai mati.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung tanggung jawab untuk membudayakan eksistensi kehidupan manusia yang artinya dengan peralatan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia lebih berpeluang untuk menciptakan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan yang lebih berkembang dan maju.
E. Sebuah Paradigma Ontologi Pendidikan
Secara ontologism, dikatakan bahwa tanpa manusia pendidikan itu bukan apa-apa (nothing), sebaliknya tanpa pendidikan mustahil manusia mampu mempertahankan kelangsungan dan mengembangkan hidupnya.
Secara ontologis manusi berada dalam tiga tingkatan hakikat yaitu;
1. Essensi abstark pendidikan. Artinya pendidikan itu bersifat universal yaitu mutlak ada dan berlaku untuk setiap manusia siapapun, kapanpun dan dimanapun.
2. Essensi potensial pendidikan. Dalam hal ini manusia menjadi dirinya sendiri dimana ia menumbuh kembangkan keceerdasan intelegensi sehingga terbentuk kepribadian yang kreatif. Dimana ia dapat yekun, teliti dan terampil dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Essensial konkret pendidikan. Pada tingkatan ini pendidikan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran akan hakekatnya berdasarkan asal mula dan tujuan hidup manusia.











BAB VI
ASPEK EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
-Masalah Pencerdasan Intelektual-

A. Objek Pendidikan
Dalam ilmu pengetahuan objek terdiri dari dua yaitu objek materi dan objek forma. Objek materi yaitu manusia dengan berbagai perwujudannya sedangkan objek forma yaitu manusia dari segi potensi intelektualnya.
Menurut objek formanya materi pendidikan (kurikulum) yang sesuai dengan sasaran khusus epistemology pendidikan yaitu yang mampu mengembangkan keahlian dan keterampilan hidup.
Setiap industri pendidikan sekolah selalu berada di dalam lapisan-lapisan lingkungan secara sentryfugal yaitu;
1. Lapisan pertama berupa linhkungan dekat yang mencangkup wilayah kabupaten, dimana aspek sosial dan alamnya mempunyai spesifikasi.
2. Lapisan kedua berupa lingkungan menengah (provinsi), dimana social budaya, lingkungan alam dan sumberdayanya bersifat heterogen.
3. Lapisan ketiga berupa lingkungan nasional (wilayah politik kenegaraan), dimana potensi sosial budaya, lingkungan alam dan sumberdayanya lebih heterogen.
4. Lapisan keempat berupa lingkungan global (kawasan internasional), dimana potensi sosial budaya, lingkungan alam dan sumberdayanya lebih kompleks.
B. Metoda Pendidikan
Metode pendidikan adalah bagaimana cara yang tepat isi atau materi pendidikan itu dididik dan diajarkan.
Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkaan potensi manusia khususnya potensi intelektualnya, potensi ini dididik untuk dikembangkan karena manusia itu sendiri dalam dirinya telah ada bakat dan potensi.
Yang bertanggung jawab dalam pengembangan bakat-bakat tersebut adalah :
1. Keluarga. Sebab orang tualah yang pertama kali mengetahui bakat yang dimiliki oleh seorang anak sehingga orang tua wajib mengasuh dan membimbing hingga anak memasuki sekolah, selanjutnya bakat yang diketahui ini disampaikan pada pihak sekolah.
2. Sekolah. Sekolah bertujuan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh seorang siswa denagn cara menyiapkan pengajaran (kurikulum) yang telah terencana.
3. Masyarakat. Masyarakat bertanggung jawab untuk memanfaatkan bakat yang telah dikembangkan tersebut. Dalam masyarakat sumber daya manusia ini ditempatkan sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki.
C. Sistem Pendidikan
Dalam ilmu pengetahuan berdasarkan sifat objek studi system terbagi dua yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka.
Penerapan sistem tertutup adalah penyelenggaraan sistem kegiatan pendidikan menurut koridor pengajaran sedangkan sistem terbuka menurut koridor pembimbingan dan pengasuhan.
Sistem kegiatan pendidikan dengan penekanan pada pengajaran menghasilkan manusia dengan keahlian dan ketrampilan imitatif. System pendidikan lebih terbuka, sasarannya adalah menumbuhkembangkan bakat yang ada dalam diri peserta didik. Jika system pendidikan ini dilaksanakan secara konsisten, meski diperlukan biaya yang besar, pendidikan sekolah diharapkan menghasilkan manusia yang kreatif, cakap dan teramp[il yang dapat berguna di masa yang akan datang.

D. Kebenaran dalam Pendidikan
Secara epistemologis, kebenaran pendidikan menunjuk hasil dari seluruh rangkaian kegiatan pendidikan. Jika bentuk dan materi pendidikan terpadu maka pendidikan itu benar adanya.
Pendidikan sekolah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara keilmuan untuk mencapai kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah landasan terbentuknya watak da sikap ilmiah.
Masyarakat terbuka bersifat monopluralistik, dimana potensi individual menyublin dalam wujud dan bentuk kesatuan menyeluruh yang dinamis, merdeka dan otonom.
Salah satu ciri masyarakat terdidik adalah cenderung produktif dalam perekonomian, ketertiban sosial menurut peraturan hukum, bidang kesehatan dalam hal ini pelayanan publik dan bidang penyelenggaraan pendidikan.
Dalam kehidupan masyarakat terdidik, kegiatan politik diselenggarakan secara benar menurut estimologi pendidikan dan penyelenggaraan kegiatan pendidikan menganut sistem terbuka.
Melalui pemahan tentang objek pendidikan, maka wawasan pendidikan dan kehidupan menjadi semakin terbuka lebar. Jika wawasan pendidikan bersenyawa dengan nilai kebenaran pendidikan akan tertanam kuat dan akan membentuk sikap keterdidikan yang diharapkan.






BAB VII
ASPEK ETIKA PENDIDIKAN
-Masalah Pencerdasan Emosional-

A. Etika Hakikat Nilai Kebaikan
Ada tiga jenis nilai yang dipersoalkan yaitu nilai keindahan, nilai kebenaran dan kebaikan. Nilai keindahan dalam cabang filsafat estetika, nilai kebaikan dalam filsafat epistemologi dan nilai kebaikan dalam filsafat etika.
Etika adalah suatu studi filosofis mengenai moral. Berdasarkan pada sistematika filsafat, nilai keindahan, kebenaran dan kebaikan berada saling berhubungan secara integral menurut hokum kausalitas. Yang bernilai baik seharusnya benar dan indah, yang bernilai benar seharusnya baik dan indah, dan yang bernilai indah seharusnya benar dan baik.
Pada hakikatnya kehidupan ini indah, ketika semua pihak bekerjasama saling tolong-menolong, saling memberi dalam ikatan kebersamaan yang harmonis. Hakikat nilai kebaikan itu berada di dalam perilaku.
B. Sasaran Etika Pendidikan
Kecerdasan emosional adalah sebuah perilaku yang dibangun menurut dasar ontologism dan epistemologis pendidikan. Bentuk dan wujud kecerdasan emosional adalah kemampuan mengendalikan diri untuk tidak melampaui batas.
Di dalam keluarga pengembangan kecerdasan emosional sangat bergantung pada kualitas pendidikan orang tua. Selanjutnya sekolah berkepentingan membangun criteria kecerdasan emosional, dan masyarakat merupakan tempat perbaikan perilaku moral setiap individu untuk menjadi cerdas.

BAB VIII
SISTEM PENDIDIKAN TERPADU

A. Karakteristik Pendidikan Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama proses pendidikan berlangsung. Di dalamnya benih pendidikan tumbuh dalam hubungan kasih saying, tolong menolong dan saling memberikan perhatian secara timbal balik antara anggota keluarga.
Pada mulanya orang tua memberikan pengetahuan tentang kasih sayang, selanjutnya bimbingan dan arahan selanjutnya pengetahuan tentang arah pemecahan masalah.
Di dalam kehidupan keluarga terjadi pembudayaan kepribadian bagi setiap individu. Kegiatan pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan sasaran pencerdasan spiritual, berupa:
1. Moral syukur dalam menerima setiap kelahiran, keberuntungan dan bahkan nasib buruk sekalipun.
2. Moral sabar dalam menghadapi persoalan kehidupan.
3. Moral ikhlas dalam menghadapi akhir kehidupan dan bencana.
B. Lembaga Pendidikan Sekolah
Lembaga sekolah lahir dan berkembang dari masyarakat, oleh dan untuk masyarakat. Lembaga pendidikan merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga yang berfungsi menghasilkan sumberdaya manusia yang mampu mengembngkan masa depannya kelak.
Lembaga pendidikan sekolah dikelolah menurut tujuan tertentu, kebijakan, perencanaan dan program-program tertentu dan disusun dalam bentuk kurikulum. Berdasarkan kedudukannya corak khusus pembelajaran disekolah adalah sebagai berikut:
1. Setiap sekolah menyelenggarakan pembelajaran khusus menurut jenjang kelas.
2. Setiap kelas berisi sejumlah peserta didik dalam umur relative homogeny agar kegiatan belajar mengajar lancar.
3. Waktu pembelajaran relative lama sesuai dengan program pendidikan yang telah direncanakan.
4. Isi materi pendidikan cenderung menenkankan pada sifat akademis.
5. Kualitas pendidikan sebagai sasaran utama perlu disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan masa depan masyarakat.
Tanggung jawab, fungsi dan peranannya secara akumulatif sbb:
1. Berperan dan berfungsi sebagai sentral mempertanggungjawabkan kepercayaan keluarga dan masyarakat luas dalam hal pembinaan potensi akademis.
2. Kecakapan menulis, membaca dan berhitung dikembangkan secara implementatif dalam pembinaan bentuk dan corak sikap moral bagi masa depan masyarakat.
3. Lembaga pendidikan sekolah bertanggungjawab bagi kelangsungan dan perkembangan kehidupan masyarakat.
4. Melalui pendidikan sekolah potensi yang dimiliki setiap manusia diharapkan dapat berkembang.
5. Pendidikan sekolah bertanggungjawab terhadap pembinaan individu menjadi makhluk social dan cerdas dalam beradaptasi dalam masyarakat.
6. Pendidikan sekolah sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dalam pengembangkan pola pikir, rasa dan karsa dalam bingkai peradaban dan kebudayaan dari generasi ke generasi.
C. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai bentuk kehidupan social, yang merupakan perluasan dari keluarga. Di dalam masyarakat berlangsung kegiatan social ekonomi, hokum, politik, kebudayaan dan kegiatan spiritual yang menggambarkan masyarakat berposisis dan berfungsi sebagai wadah dan wahana pendidikan.
Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan masyarakat dapat dibagi tiga yaitu:
1. Bagi yang tidak mampu bersekolah, karena ekonomi atau cacat.
2. Bagi yang putus sekolah, karena kekurangan ekonomi atau kesehatan dan sebagainya.
3. Bagi yang sedang aktif mengikuti pendidikan sekolah.
Berdasarkan sifatnya, system lembaga pedidikan masyarakat terbagi 4 yaitu:
1. Pendidikan masyarakat tidak mengenal jenjang atau kelas.
2. Peserta pendidikam masyarakat bersifat heterogen.
3. Pembelajaran diselenggarakan menurut jadawal, metoda formal dan untuk menentukan kualitas standar dilakukan evaluasi.
4. Isi dan materi pembelajaran ditekankan pada keterampilan kerja.
D. Sistem Pendidikan Terpadu
Pendidikan berlangsung bukan saja ketika pendidik dan peserta didik berinteraksi tapi setiap terjadi komunitas dalam kepentingan dan tujuan tertentu terdapat pendidikan. Pendidikan berlangsung selama manusia masih saling berhubungan.
Pendidikan seharusnya diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan dari tahap pendidikan keluarga, sekolah dan sampai pada masyarakat.
1. Keluarga, Sumber Pencerdasan Spiritual
Pengetahuan kependidikan bagi orang tua meliputi wawasan filosofis dan kecakapan hidup. Sumber-sumber pendidikan moral dikeluarga bias digali dari adat-istiadat, peradaban, kebudayaan dan ajaran agama yang benar. Pada dasarnya keluarga berkewajiban meletakan dasar kependidikan berupa potensi nilai kemanusiaan.

2. Sekolah, Sumber Pencerdasan Intelektual
Pendidikan sekolah berperan sebagai penyebar nilai-nilai spiritual kemanusiaan yang telah ada dalam keluarga ke dalam setiap aspek kehidupan. Untuk membangun sumberdaya manusia yang cerdas integlektual maka yang perlu diperhatikan adalah materi pembelajaran perlu diorganisasikan dalam bentuk kurikulum, disusun menurut sasaran-sasaran konkret dan sistem organisasi administrasi menejemen pendidikan perlu direkonstruksi dengan melibatkan ppotensi masyarakat.
3. Masyarakat, Sumber Pencerdasan Moral Emosional
Sasaran tertinggi dari penyelenggaraan pendidikan adalah menghasilkan sumberdaya manusia yang cerdas intelektual yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Manusia yang cerdas intelektualnya adalah yang cakap dalam bidangnya dann terampil melaksanakannya.
Oleh karena itu semua pihak perlu meningkatkan kepeduliannya terhadap arti, keberadaan, fungsi dan peranan pendidikan sekolah yang dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berguna dalam masyarakat pada masa depan.







BAB IX
PENUTUP
EVALUASI DAN KESIMPULAN
-Protipe Masyarakat Terdidik-

A. Pilar Bangunan Masyarakat Terdidik
Masyarakat terdidik dianalogikan sebagai bangunan yang tersusun atas pilar (foundation). Dalam rangka menciptakan perkembangan, mutlak harus dilakukan perubahan-perubahan, dimana manusia harus memiliki daya kompetensi, kecakapan, dan keterampilan hidup.
Setiap orang yang sadar akan asal usulnya dan tujuan kehidupannya pasti memiliki filsafat hidup.
Berbuat adil terhadap diri sendiri, sesame manusia dan alamnya adalah cermin filsafat dan sikap hidup yang sebenarnya. Beberapa kategori adil yaitu:
1. Adil terhadap diri sendiri, yaitu memperlakukan diri sendiri pada batas hakekatnya sebagai manusia, bukan binatang.
2. Adil terhadap sesama manusia, yang penuh tanggungjawab terhadap sesama manusia.
3. Adil terhadap alam, sehingga kelangsungan hidupnya dapat terjaga.
B. Model Bangunan Masyarakat Terdidik
Masyarakat terdidik dengan pilar dasar berupa kecerdasan spiritual, intelektual dan kecerdasan emosional mendorong terbentuknya suatu ide masyarakat yang berkeadilan, masyarakat beradab.sperpaduan antara potensi spiritual, intelektual dan potensi emosioanl akan terbentuk masyarakat terdidik yang saling berhubungan secara kausal. Ketiganya merupakan unsur moral bersyukur, bersabar dan berikhlas.
1. Moral bersyukur mengandung suatu arti hakiki, dimana di dalamnya tersirat suatu keteguhan hati, keyakinan total bahwa kehidupan ini adalah nyata bukan kebetulan belaka.
2. Moral bersabar, disimpulkan dari perenungan terhadap eksistensi kehidupan ini. Segala tantangan yang ada dalam hidup ini harus dsapat diatasi. Tanpa kesabaran kehidupan akan rusak dan tidak teratur.
3. Moral ikhlas, merupakan hasil analisis perenungan tentang tujuan hidup.
C. Masyarakat Terdidik, Masyarakat Maju
Masyarakat yang dijiwai oleh moral rasa bersyukur, berarti masyarakat tersebut memiliki kecerdasan spiritual, dengan kecerdasan ini kehidupan masyarakat cenderung tidak sekuler matrealistis, melainkan bersifat spiritual religious.
Kehidupan manusia dengan moral bersabar ditandai dengan adanya sikap dan perilaku percaya diri atas kemampuan nasional dalam hal mengatasi setiap persoalan yang dating.
Dengan kecerdasan emosional kehidupan manusia semakin kokoh dalam otonomi dan kebebasannya, ssemakin kreatif dan semakin ikhlas dalam memberikan pertolongan terhadap masyarakat lainnya.

Argentometri Cara Fajans

Endapan perak klorida (AgCl) yang terbentuk dari larutan perak nitrat dan natrium klorida dapat digunakan dalam menentukan titik akhir dalam titrasi volumetrik. Titik akhir tersebut ditandai dengan habisnya semua klorida diendapkan menjadi perak klorida. Reaksi tersebut merupakan suatu reaksi pengendapan yang dapat dimanfaatkan dalam penetapan kadar secara volumetrik. Penetapan kadar dari suatu obat yang mengandung natrium bromida atau kalium iodida dapat dilakukan dengan argentometri dan juga dapat dilakukan untuk menetapkan kadar ion-ion halida.
Tujuan percobaan ini adalah untuk membakukan larutan AgNO3 0,1 N, membakukan larutan kalium tiosianat 0,1 N, menetapkan kadar Natrium Bromida, dan menetapkan kadar Kalium Iodida.
Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat tiga indikator yang telah dipercaya selama bertahun-tahun. Ketiga metode ini akan diterangkan, yaitu: metode Fajans, Metode Mohr, dan Metode Volhard. Namun, yang akan di jelaskan secara khusus mengenai metode Fajans
Metode Fajans
Senyawa organik yang berwarna digunakan untuk mengadsorpsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya dan warna tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir titrasi pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorpsi (Underwood, 1999).
Ditemukan fakta bahwa fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak dengan memanfaatkan kelebihan elektron/ion pada klorida jika perak nitrat ditambahkan kedalam larutan natrium klorida. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif. Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari dalam larutan untuk membentuk lapisan adsorpsi skunder yang terikat lebih longgar. Jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion inilah akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion adalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan skunder (Underwood, 1999).
Metode Fajans menggunakan indicator senyawa organic yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Indicator yang biasa digunakan yaitu indicator adsorbs diiododimetilfluoresen dan fluoresen
AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indicator fluorescein. Metode ini disebut dengan metode Fajans. Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna.
Pada metode fajans, dapat digunakan untuk menetapkan kadar halide dengan menggunakan indicator adsorbs. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor (ditambahkan indicator fluorescein), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik ekivalen. Reaksi yang terjadi adalah
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl + NaNO3(aq)
Endapan berwarna merah muda dengan endapan berwarna orange disebabkan karena pengaruh warna fluorescein dan adanya adsorbs indicator pada endapan AgCl. Wana zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan.
(Day A.R dan Underwood, A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.)
http://blogkita.info/category/my-kampuz/my-kuliah/kimia-analisis/argentometri/

Penggunaan Indikator Adsorbsi (Cara Fajans)
Adsorbsi dari sebuah komponen organic berwarna pada permukaan sebuah endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam-garam perak. Sementara senyawa yang dipergunakan untuk hal seperti ini sebagai indicator adsorbs.
Mekanisme yang berlaku bagi indicator-indikator semacam ini dijelaskan oleh Fajans sebagai berikut : Dalam titrasi Cl- dengan Ag+, sebelum titik ekivalen partikel-partikel koloid dari AgCl bermuatan negatif, akibat adsorpsi ion Cl- dari larutan :
(AgCl). Cl- M+
Lapisan Ωlapisan korida
Primer sekunder berlebih
Ion-ion Cl- yang teradsorpsi membentuk lapisan primer, yaitu mengakibatkan partikel-partikel koloid bermuatan negatif. Partikel-partikel ini menarik ion-ion positif dari larutan untuk membentuk sebuah lapisan sekunder yang lebih longgar keadaannya.
Di atas titik ekivalen, kelebihan ion Ag+ menggantikan ion-ion Cl- dari lapisan primer dan partikel-partikelnya menjadi bermuatan positif :

(AgCl). Ag+ X-
Lapisan Ωlapisan perak
Primer sekunder berlebih
Anion-anion dalam larutan tertarik untuk membentuk lapisan sekunder.
Fluorosein adalah sebuah asam organic lemak, yang bisa kita sebut dengan HFI ketika fluoresein ditambahkan ke dalam botol titrasi. Anion FI- tidak diadsorpsi oleh koloid perak klorida selam ion-ion klorida berlebih. Bagaimanapun juga, ketika ion-ion perak berlebih, ion-ion FI- dapat tertaik ke permukaan partikel-partikel yang bermuatan positif.
(AgCl). Ag+ FI-
Agregat yang dihasilkannya berwarna merah jambu dan warna ini cukup kuat untuk menjadi indicator visual.
Sejumlah factor harus dipertimbangan dalam memilih sebuah indicator adsorpsi yang cocok untuk titrasi pengendapan. Factor-faktor ini dirangkum sebagai berikut:
1. AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-partikel besar pada titik ekivalen mengingat hal ini akan menurun secara drastic permukaan yang tersedia untuk adsorpsi dari indicator. Sebuah koloid pelindung seperti dekstrin harus ditambahkan untuk menjaga endapan tersebut luas. Dengan kehaditan dekstrin perubahan warna dapat mentitrasi ulang dengan sebuah larutan klorida standar.
2. Adsorpsi dari indicator seharusnya dimulai sejak sebelum titik ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen. Beberapa indicator yang tidak cocok teradsorpsi secara kuat. Indicator tersebut sebenarnya menggantikan ion utama yang diadsorpsi jauh sebelum titik ekivalen tersebut dicapai.
3. PH dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari indicator asam lemah atau basa lemah tersedia cukup. Fluorosein sebagai contoh mempunyai Ka sekitar 10-7 dan dalam larutan-larutan yang lebih asam dari PH 7 konsentrasi ion-ion FI- sangat kecil sehingga tidak ada perubahan warna yang dapat diamati. Fluorosein mempunyai Ka sekitar 10-4 dan dapat digunakan pada skala PH 4-10
4. Amat disarankan bahwa ion indicator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan sebagai titran. Adsorpsi dari indicator kemudian tidak akan terjadi sampai ada kelebihan titran. Untuk titrasi perak dengan klorida, metal ungu garam klorida dari sebuah basa organic, dapat dipergunakan. Kation tidak diadsorpsi sampai kelebihan ion-ion klorida yang hadir berlebih dan koloid bermuatan negatif. Adalah mungkin untuk menggunakan dikorofluorosein dalam kasus ini, namun indicator seharusnya ditambahkan sesaat sebelum titik ekivalen.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Kobalt, Rodium, Iridium

BAB I
PENDAHULUAN
Logam kobalt baru dimuali pada abad 20, namun biji kobalt sesungguhnya telah ditemukan sejak ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada kobalt dikenal pertama kali oleh G. Brandt (ahli kimia swedia) pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak murni yang diberi nama cobalt rex. Pada tahun 1750, T.O.Bergman menunjukkan bahwa cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata kobold (bahasa Jerman) yang artinya globin atau roh hantu. Pada tahun 1803 Rodium dan Iridium ditemukan dalam residu-hitam yang tertinggal ketika bijih platina kasar dilarutkan dalam air raja. W.H. Wollaston menemukan rodium dan memberi nama dari turunan kata yunani podov (rodon) yang artinya mawar (rose) oleh karna warna merah mawar/pink garamnya yang umumnya dihasilkan dalam larutan air. S.Tenant menemukan rodium bersamaan dengan osmium dan memberi nama dari nama dewi Yunani Iris yang memilliki tanda pelangi, oleh karena berbagi warna senyawanya.
Ketiga logam ini bersifat mengkilat keprakan dan sedikit kebiruan bagi kobalt. Kobalt lebih lunak dari pada rodium dan iridium tetapi masih cukup lebih keras daripada besi. Ketiganya mempunyai struktur fcc yang berdasarkan teori pita lebih stabil daripada struktur bcc atau hcp apabila jumlah elektron dn hampir penuh. Kekhasan dari ketiga unsur inilah yang membuat kami ingin menyusun makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOBALT
Sejarah kobalt
Ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735.
Sumber
Kobal terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan eritrit. Sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobal juga terdapat dalam meteorit.
Bijih mineral kobal yang penting ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada. Survei badan geologis Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah ke utara Lautan Pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif dangkal, lebih dekat ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat lainnya.
Sifat-sifat
1. Warna: sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan
2. Kobal bersifat logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel.
3. Kobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi.
4. Penggolongan: Metalik
5. kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis.
Penggunaan untuk unsur kobalt :
1. Kobal dicampur dengan besi, nikel, dan logam lainnya untuk membuat Alnico, alloy dengan kekuatan magnet luar biasa untuk berbagai keperluan. Alloy stellit, mengandung kobal, khrom, dan wolfram, yang bermanfaat untuk peralatan berat, peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun peralatan yang digunakan dengan kecepatan tinggi.
2. Digunakan sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnit.
3. Digunakan di dalam campuran logam untuk turbin gas generator dan turbin pancaran
4. Digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya, kekerasan, dan perlawanan ke oksidasi
5. Garam kobal telah digunakan selama berabad-abad untuk menghasilkan warna biru brilian yang permanen pada porselen, kaca, pot, keramik dan lapis e-mail gigi. Garam kobal adalah komponen utama dalam membuat biru Sevre dan biru Thenard
6. Cobalt-60, merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai suatu pengusut serta agen radiotherapeutic. Kobal-60, adalah isotop buatan, sebagai sumber sinar gamma yang penting dan digunakan secaara luas sebagai zat pencari jejak dan zat radioterapi.
7. Digunakan sebagai campuran pigmen cat
8. Larutan kobal klorida digunakan sebagai pelembut warna tinta.
 KOBALT (III)
1. Semua senyawa kompleks kobalt (III) mengadopsi geometri oktahedron. Sebagai contoh yaitu ion heksaaminkobaltat(III) [Co(NH3)6]3+ dan ion heksasianokobaltat(III) [Co(CN)6]3+ . ion heksanitrokobaltat(III) [Co(NO2)6]3+, yang berwarna kuning dan biasaanya disintesis sebagai garam natriumnya, menunjukkan sifat tak lazim. Seperti lazimnya garam-garam alkali, Na3[Co(NH3)6] larut dalam air, tetapi garam kaliumnya saangat sukar larut dalam air, begitu juga garam-garam rubidium maupun sesiumnya. Hal ini dikaitkan dengan ukuran ion relatifnya. Ion kalium mempunyai ukuran relatif jauh lebih dekat dengan ukuran anion kompleksnya sehingga kristalnya memiliki energi kisi yang lebih tinggi dan kelarutan lebih rendah. Sifat ini merupakan salah satu reaksi petunjuk kualitatif adanya ion kalium :
3 K+ (aq) + [Co(NO2)6]3+ (aq) K3[Co(NO2)6] (s)
kuning

 KOBALT (II)
Dalam larutan air garam-garam kobalt(II) berwarna pink CoCl2.6H2O oleh karena ion oktahedral [Co(H2O)6]2+. Tetapi ion tetrahedral kobatl(II) berwarna biru, dan ini dapat terjadi misalnya denganligan Cl-. Jadi penambahan HCl pada (ion Cl-) pada ion [Co(H2O)6]2+ akan menghasilkan larutan biru ion tetrahedral [CoCl4]2- :
[Co(H2O)6]2+(aq) + 4 Cl-(aq) [CoCl4]2-(aq) + 6 H2O (l)
pink biru
hasil yang sama juga dapat diperoleh dari proses pelarutan kristal pink CoCl2.6H2O di dalam etanol absolute atau aseton; dalam hal ini, pelarut berfungsi menarik ligan air. Pada kondisi keseimbangan yaitu tepat terjadinya perubahan warna, pergeseran keseimbangan waarna sangat sensitif terhadap temperatur, yaitu biru pada pemanasan tetaspi menjadi pink pada pendinginan (dengan es).
pemanasan
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 4 Cl- (aq) [CoCl4]2+ (aq) + 6 H2O (l)
pendinginan

penambahan ion hidroksida kedalam larutan ion kobalt (II) dalam air menghasilkan endapan kobalt(II) hidroksida berwarna biru pada awalnya, tetapi menjadi pink setelah dibiarkan beberapa lama :
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2 OH- (aq) Co(OH)2 (s) + 6 H2O (l)
pink biru
secara perlahan, kobalt(II) hidroksida teroksidasi dengan dioksigen udara menjadi kobalt(III)oksida hidroksida CoO(OH).

B. RODIUM
Sejarah
Wollaston menemukan rodium di antara tahun 1803 dan 1804 pada bijih mentah platina,yang kemungkinan didapat dari Amerika Selatan.
Sumber
Rodium terjadi di alam dengan logam grup platina lainnya dari pasir di sungai Ural dan Amerika Utara dan Selatan. Juga ditemukan bersama logam grup platina lainnya dari area penambangan tembaga-nikel sulfide di Sudbury, kawasan Ontario. Meskipun kuantitas yang didapatkan sangat kecil, maka produksi dalam jumlah komersial dimungkinkan dari proses nikel dalam jumlah berton-ton. Produksi rodium tahunan hanya sebanyak 7-8 ton.
Sifat-sifat
1. Rodium berwarna putih keperakan dan bila dipijarkan perlahan-lahan di udara, akan berubah menjadi resquioksida. Pada suhu yang lebih tinggi, resquioksida ini kembali menjadi unsur rodium.
2. Logam ini memiliki titik cair yang tinggi dan bobot jenis yang lebih rendah dari platina.
3. Sifat lainnya adalah reflektif, keras dan tahan lama.
Kegunaan
1. Kegunaan utama rodium adalah bagian dari alloy untuk mengeraskan platina dan paladium. Alloy semacam ini digunakan untuk rakitan gulungan kawat koil dalam tungku pemanas, pembuatan termokopel, bushing (proses pembentukan garis silindris untuk menahan gerakan mekanis) pada produksi serat kaca, elektroda pada kabel kontak pemercik api pada pesawat terbang, dan pembuatan cawan porselen. Rodium sangat berguna sebagai bahan kontak listrik karena rodium memiliki hambatan listrik yang rendah, hambatan kontak yang rendah dan stabil, dan sangat tahan terhadap korosi. Lapisan rodium, dihasilkan dengan metode electroplating atau dengan evaporasi (penguapan), bersifat keras dan digunakan untuk instrument optis.
2. Rodium juga digunakan untuk perhiasan wanita, dekorasi, dan sebagai katalis.
C. IRIDIUM
Sejarah
Tennant menemukan iridium pada tahun 1803 dalam residu yang tersisa ketika platinum mentah dilarutkan dengan aqua regia. Penamaan iridium sangat layak karena garam-garamnya berwarna terang.
Sumber
Iridium tidak terdapat di alam bersama dengan platinum dan logam satu grup platinum platinum dalam mineral tanah. Iridium didapatkan sebagai hasil samping dari industri penambangan nikel.
Sifat-sifat iridium
1. Iridium, termasuk keluarga grup platinum, berwarna putih (sama dengan platinum) tapi dengan sedikit kuning semu. Karena iridium sangat keras dan rapuh, maka logam ini sangat sulit dipakai maupun dibentuk.
2. Iridium adalah logam yang paling tahan korosi, dan dulu digunakan dalam pembuatan standar ukuran panjang dalam satuan meter di Paris, yang merupakan campuran dari platinum 90% dan iridium 10%. Standar ini ini akhirnya diganti pada tahun 1960 dengan kripton.
3. Iridium tidak dapat larut dalam asam bahkan aqua regia, tapi larut dalam garam cair seperti NaCl, dan NaCN. Bobot jenis iridium mendekati bobot jenis osmium. Perhitungan kerapatan iridium dan osmium dari lapisan ruang memberikan nilai 22.65 dan 22.61 g/cm3. Nilai ini lebih dapat dipercaya dariada pengukuran fisik untuk menentukan unsur mana yang lebih berat.
Kegunaan
1. Meskipun kegunaan utamanya dalah sebagai zat pengeras untuk platinum,
2. iridium juga digunakan untuk membuat cawan dan peralatan yang membutuhkan suhu tinggi.
3. Iridium juga digunakan sebagai bahan kontak listrik.
4. Unsur ini membentuk alloy dengan osmium yang digunakan untuk mata pulpen dan bearing kompas.
D. KECENDERUNGAN GOLONGAN
Kobalt lebih reaktif daripada besi,demikian juga tidak beda banyak dengan rodium dan iridium. Tingkat oksidsi yang umum bagi kobalt yaitu +2 dan +3, dan bagi rodium dan iridium yaitu +3 dan +4. Dalam larutan air, ion [Co(H2O)6]2+ dan ion [Co(H2O)6]3+ keduanya dikenal, tetapi kobalt(III) bersifat oksidator,dan dalam larutan air kecuali dalam lingkungan asam, terurai dengan cepat karena Co(III) mengoksidasi air dengan membebaskan gas dioksigen.
E. SENYAWAAN OKSIDA
Beberapa oksida logam golongan ini yang dikenal yaitu kobalt(II)-CoO, campuran Co(II) dan Co(III)-Co3O4, rodium(III)-Rh2O3, rodium(IV)-RhO2, dan satu-satunya iridium(IV)-IrO2, satu-satunya oksida loogam divalen, CoO yang berupa abu-abu atau buah zaitun hijau dapat diperoleh dari pemanasan logamnya dalam udara atau uap air, atau pemanasan hidroksida, karbonat atau nitrat dalam kondisi tanpa udara. kobalt ( II) oksida memiliki Titik-Lebur: 1830°C, Kepadatan : 6400 kg m-3











BAB III
KESIMPULAN
1. Unsur kobalt, rodium, dan iridium, masing-masing mepunyai ciri-ciri serta sifat yang berbeda. Juga memiliki kegunaan masing-masing dalam kehidupan manusia.
2. Kobalt lebih reaktif daripada besi,demikian juga tidak beda banyak dengan rodium dan iridium.










BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http//Redaksi chem-is-try.org. Di akses di Makassar pada tanggal 10 oktober 2009.
Ibnu,sodiq.2004.Common textbook (edisi revisi) kimia anorganik.Malang : Universitas negeri malang.
Sugiarto, kristian H.2003.Kimia anorganik II.Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta









LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. PERTANYAAN
1. Jelaskan satu-satunya senyawa kalium- kobalt yang sukar larut dalam air
2. Kobalt(II)klorida heksahidrat berwarna pink, tetapi dalam alkohol (absolut) atau aseton diperoleh larutan biru. Jika ke dalam larutan biru ini kemudian ditambahkan bertetes-tetes air, perubahan apa yang terjadi. Jelaskan mengapa demikian!
3. Ke dalam larutan biru kobalt(II)klorida heksahidrat dalam alkohol ditambahkan bertetes-tetes seminimum mungkin hingga warna larutan hampir tepat berubah. Larutan ini secara bergantian kemudian dimasukkan ke dalam penangas air kemudian dimasukkan kedalam pendingin es, demikian seterusnya,perubahan apa yang terjadi. Jelaskan!
4. Salah satu uji kualitatif terhadap ion-ion logam alkali dipakai senyawa kobalt. Senyawa apa ini dan apa indikasinya!

B. JAWABAN
2. Hal ini dikaitkan dengan ukuran ion relatif. Ion kalium mempunyai ukuran relatif jauh lebih dekat dengan ukuran anion kompleksnya sehingga kristalnya memiliki energi kisi yang lebih tinggi dan kelarutan lebih rendah.
3. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan ion kobalt(II) dalam air menghasilkan endapan kobalt (II) hidroksida yang berwarna biru pada awaalnya, tetapi menjadi pink setelah dibiarkan beberapa lama
Sesuai reaksi :
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2 OH- (aq) Co(OH)2 (s) + 6 H2O (l)
pink biru
4. larutan biru kobalt(II)klorida heksahidrat dalam alkohol, dalam hal ini pelarut berfungsi menarik ligan air. kemudian dimasukkan ke dalam penangas air menghasilkan warna biru, kemudian dimasukkan kedalam pendingin es menghasilkan warna pink.
Sesuai reaksi :
pemanasan
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 4 Cl- (aq) [CoCl4]2+ (aq) + 6 H2O (l)
pendinginan

5. senyawa ion kompleks heksanitrokobaltat [Co(NO2)6]3+ bila di reaksikan dengan ion K+ akan menghasilkan garam kaliumnya yang berwarna kuning.
Sesuai reaksi :
3 K+ (aq) + [Co(NO2)6]3+ (aq) K3[Co(NO2)6] (s)
kuning

GOLONGAN 10

BAB I
PENDAHULUAN

Logam paduan nikel telah di kenal di China lebih dari 2000 tahun yang lalu, dan penambang-penambang Saxon telah terbiasa dengan bijih kemerahan NiAs yang secara sekilas mirip dengan Cu2O. Para penambang tersebut tidak mampu mengekstrak “tembag” dari bijihnya dan member nama kupfernikel, artinya tembaganya pak tua Nick. Pada tahun 1751, A.F. Constedt mengisolasi logam tak murni dari bijih yang berasal dari Swedia dan mengidentifikasinya dengan komponen logam kupfernikel sebagai logam baru dengan nama nikel. Akhirnya pada tahun 1804, J.E. Richter berhasil mengisolasi logam nikel dengan hasil yang lebih murni dan mengidentifikasi sifat-sifatnya.
Logam platina pada awalnya, tahun 1736, dikenali sebagai “perak kecil” oleh A.de Ulloa (Spanyol), kemudian pada tahun 1741 sebagai “emas putih” oleh C. Wood (Inggris). Sampai saat ini istilah emas putih dipakai untuk menunjuk pada logam paduan Au-Pd. Pada tahun 1803, Wollaston berhasil mengidentifikasi palladium, Pd, dari residu larutan platina yang diendapkan sebagai (NH4)2PtCl6 dalam air raja. Nama palladium diturunkan dari nama dewi kebijakan (Yunani) yaitu Pallas yang paladion (παλλαδτov), sama dengan nama asteroid baru yang ditemukan.





BAB II
PEMBAHASAN

Bijih nikel yang penting dalam perdagangan ada dua tipe, yaitu (1) laterit, yang merupakan bijih oksida-silikat seperti garnerit, (Ni,Mg)6Si4O10(OH)8, dan nikeliferos limonit, (Fe,Ni)O(OH)-nH2O, dan (2) sulfide seperrti pentladit, (Ni,Fe)9S8 yang tercampuri tembaga dan kobalt hingga bijih mengandung ~ 1,5% Ni.
Table karakteristika logam golonga 10
Karakteristika 28Ni 46Pd 78Pt
Kelimpahan/ppm (dalam kerak bumi) 99 0,015 0,01
Densitas/ gcm-3 (20oC) 8,908 11,99 21,41
Titik leleh/ oC 1455 1552 1769
Titik didih/ oC 2920 2940 4170
Jari-jari atomic/ pm (bilangan koordinat 12) 124 137 138,5
Jari-jari atomic/ pm (bilangan koordinat 6) 48 – Ni4+
56 – Ni3+ (l s)
60 – Ni3+ (h s)
69 – Ni2+ 61,5 – Pd4+
76 – Pd3+
86 – Ni2+ 57 – Pt5+
62,5 – Pt4+
80 – Pt2+
Konfigurasi elektronik [18Ar] 3d8 4s2 [36Kr] 4d10 [54Xe] 4f14 5d9 6s1
elektronegativitas 1,8 2,2 2,2

1. Kencenderungan Golongan
Beberapa karakteristikan logam golongan 8 di tunjukkan pada table di atas. Logam golongan ini berwarna putih keperakan, mengkilat, dan mudah ditempa; ketiganya juga mudah di dapat sebagai serbuk yang sangat aktif sebagai katalis. Misalnya platina hitam, berupa serbuk beludru yang dapat diperoleh dari penambahan etanol ke dalam larutan PtCl2 dalam KOH dan air yang hangat. Ketiga logam ini mempunyai struktur kubus pusat muka, fcc.
Dalam keadaan massif, ketiga logam tidak ada yang reaktif, dan tahan terhadap korosi atmosfer pada temperature normal. Pada pemanasan, nikel bereaksi dengan unsur-unsur B, Si, P, S, dan halogen, tetapi dengan F2, reaksinya paling lambat dari kedua logam yang lain. Pada pemanasan hingga membara, nikel teroksidasi oleh uap air, larut dengan asam-asam mineral encer umumnya secara perlahan tetapi cukup cepat dalam HNO3 encer. Nikel tahan terhadap HNO3 pekat, demikian juga terhadap alkali.
Palladium diokasidasi oleh O2, F2, dan Cl2 pada pemanasan hingga membara, dan larut dalam asam-asam oksidator. Platina pada dasarnya lebih tahan terhadap berbagai reaksi daripada palladium, dan sama sekali tidak terpengaruh oleh berbagai asam mineral kecuali air raja. Kedua logam ini juga larut dalam leburan panas oksida dan peroksida.

2. Senyawaan Nikel(II)
Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri oktahedrom, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedrom dan bujursangkar. Ion heksaakuanikel(II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion biru heksaaminanikel(II) menurut persamaan reaksi :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq) [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O (l)
Hijau biru
Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II) menghasilkan endapan gelatin hijau nikel(II) hidroksida menurut persamaan reaksi;
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)
Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri tertrahedron yaitu halide, misalnya ion tertrakloronikelat(II) yang berwarna biru. Senyawa kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat ked ala larutan garam nikel(II) dala air menurut persamaan reaksi ;
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq) [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
Hijau biru
Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion tetrasianonikelat(II). [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis (dimetilglioksimato)nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink. Warna yang karakteristik pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi penguji terhadap ion nikel(II) ; senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari penambahan larutan dimetilglikosim (C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan amonia menurut persamaan raksi ;
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) + 2OH-
[Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)


a. Sifat-Sifat
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.
b. Kegunaan
Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat dan alloy lain yang bersifat tahan korosi, seperti Invar®, Monel ®, Inconel ®, dan Hastelloys ®. Alloy tembaga-nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses penghilangan garam untuk mengubah air laut menjadi air segar.
Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur (menjadikannya padat). Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan baterai penyimpanan Edison ®.

3. Paladium
Ditemukan pada tahun 1803 oleh Wollaston, paladium ditemukan dengan logam grup platina lainnya (platina dan rodium) di Rusia, Amerika Selatan, Etiopia, dan Australia. Paladium juga ditemukan bergabung dengan deposit nikel-tembaga di Afrika Selatan dan Ontario. Pemisahan paladium dari logam grup platina lainnya tergantung pada jenis bijih yag ditemukan.



a. Sifat-sifat
Unsur ini adalah logam putih seperti baja, tidak mudah kusam di udara, dengan kerapatan dan titik cair paling rendah di antara logam grup platina. Ketika ditempelkan, paladium bersifat lunak dan bisa ditempa; suhu rendah meningkatkan kekuatan dan kekerasannya. Paladium dilarutkan dengan asam nitrat dan asam sulfat
Pada suhu kamar, logam ini memiliki sifat penyerapan yang tidak lazim hingga 900 kali lipat dari volume hidrogen, sehingga memungkinkan membentuk Pd2H. Meski demikian, masih belum jelas apakah Pd2h ini bersifat sebagai senyawa. Hidrogen berdifusi melewati paladium yang dipanaskan, menghasilkan prinsip pemurnian gas hidrogen.
b. Kegunaan
Paladium yang sangat halus adalah katalis yang baik dan digunakan untuk proses hidrogenasi dan dehidrogenasi. Juga digunakan dalam campuran alloy untuk perhiasan yang diperdagangkan.
Emas putih adalah alloy emas yang diawawarnakan dengan penambahan paladium. Seperti emas, paladium dapat dibentuk menjadi lembaran setipis 1/250000 inch. Logam ini digunakan dalam dunia kedokteran gigi, pembuatan jam, pembuatan alat-alat bedah, dan kontak listrik




BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Beberapa karakteristikan logam golongan 8 di tunjukkan pada table di atas. Logam golongan ini berwarna putih keperakan, mengkilat, dan mudah ditempa; ketiganya juga mudah di dapat sebagai serbuk yang sangat aktif sebagai katalis. Misalnya platina hitam, berupa serbuk beludru yang dapat diperoleh dari penambahan etanol ke dalam larutan PtCl2 dalam KOH dan air yang hangat. Ketiga logam ini mempunyai struktur kubus pusat muka, fcc.











DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Nikel dan Paladium. http://www.chem-is-try.org/author/Redaksi_chem-is-try_org/
Sugiyarto, Kristian. H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.













LATIHAN

1. Ion nikel(II) dalam air (misalnya NiCl2.6H2O) berwarna hijau; dalam perspektif senyawa kompleks, bagaimana formula ini
a. Jika kemudian amonia ditambahkan, perubahan yang terjadi. Jelaskan!
b. Sebagai ganti amonia dipakai basa kuat NaOH misalnya; jelaskan apa yang terjadi
c. Sebagai amonia dipakai HCl pekat, jelaskan apa yang terjadi
2. Salah satu uji kualitatif adanya ion nikel(II) adalah reaksinya terhadap DMGH. Jelaskan apa yang terjadi dengan penambahan DMGH pada larutan yang mengandung ion nikel(II), dan tulis rumus bangun senyawa kompleks yang terjadi.










JAWABAN PERTANYAAN

1. a. [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ + 6H2O
Hijau biru
b. [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- [Ni(OH)2] (s) + 6H2O
gelatin hijau
c. [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- [NiCl4]2- + 6H2O
hijau biru
2. [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2C4N2O6H8 + OH [Ni(C4N2O2H12)2] + 8H2O