Me

Me

Rabu, 02 Juni 2010

Ekstraksi Kontinyu Minyak Nabati

Judul Percobaan
Ekstraksi Kontinu Minyak Nabati
Tujuan Percobaan
Mengekstrak minyak nabati dari sampel (buah jarak, kacang-kacangan) dengan menggunakan soxhlet
Menentukan kadar minyak dari sampel dengan cara destilasi
Landasan Teori
Destilasi merupakan teknik pemisahan campuran dalam fasa cair yang homogeny dengan cara penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat yang ralatif lebih banyak mengandung komponen volatile (Tim Dosen Kimia Analitik, 2010 : 25).
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang didasarkan pada kelarutan atau solute dalam pelarut. Hidrodinamika ekstraksi merupakan factor yang menentukan basarnya solute yang diperoleh diekstrak karena hidrodinamika mempengaruhi lias perpindahan massa yaitu luas yang berada dalam kolom. Dalam ekstraksi, zat yang ddespersikan sebagai gelembung disebut fasa kontinu (Anonim, 2009).
Ragam ekstraksi yang tepat bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Mencemplungkan jaringan daun segar atau bunga, bila perlu dipotong-potong ke dalam etanol mendidih adalah suatu cara yang baik untuk mencapai tujuan itu. Alcohol, bagaimanapun juga adalah pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Selanjutnya, bahan dapat dimaserasi dalam suatu pelumat, lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betul-betul diperlukan bila kita ingin mengekstraksi habis. Bila mengisolasi senyawa dari jaringan hijau, keberhasilan ekstraksi dengan alcohol berkaitan langsung dengan seberapa jauh klorofil tertarik moleh pelarut itu. Bila ampas jaringan, pada ekstraksi ulang, sama sekali tak berwarna hijau lagi, dapat dianggap semua senyawa berbobot molekul rendah telah terekstraksi (Harborne, 1987).
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara pelarut dan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau mendekati sama. Selain pelarut, suhu juga ikut berpengaruh terhadap proses ekstraksi suatu bahan, dimana hampir semua zat padat dan zat cair kelarutannya dalam pelarut akan meningkat dengan kenaikan suhu sehingga tidak mungkin suhu dinaikkan terus selama proses ekstraksi karena itu perlu diketahui suhu optimum untuk proses ekstraksi ini (Said, 2005).
Walaupun suatu zat bisa larut dalam pelarut cair, tetapi jumlah yang dapat larut selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh (Syukri, 1999).
Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organic dari jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) ialah dengan mengekstraksi sinambung serbuk bahan dengan alat soxhlet dengan menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti, mulai dari eter, lalu eter minyak bumi, dan kloroform (untuk memisahkan lipid dan terpenoid) kemudian digunakan alcohol dan etil asetat (untuk senyawa yang lebih polar). Metoda ini berguna bila kita bekerja dengan skala gram (Harborne, 1987).
Minyak nabati ialah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit Afrika, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, kemiri, dan bunga matahari.
Kemiri (Aleurites moluccana) adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dari rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga memiliki kandungan minyak yang hamper sama. Kemiri sangat beracun ketika mentah. Biji kemiri mengandung bahan beracun dengan kekuatan ringan. Karena itu sangat tidak dianjurkan mengkonsumsi kemiri secara mentah (Anonim. 2009).
Minyak nabati, yang sangat tidak jenuh, dapat dikonversi menjadi lemak nabati padat, seperti merek Crisco, lewat hidrogenasi katalitik sebagian atau semua ikatan rangkapnya. Proses ini yang disebut pengerasan (hardening), diilustrasikan dengan didrogenasi gliseril trioleat menjadi gliseril tristearat (Hart, 2003).
CH2OCO(CH2)7 = CH(CH2)7CH3 CH2OCO(CH2)16CH3
CHOCO(CH2)7 = CH(CH2)7CH3  CH2OCO(CH2)16CH3
CH2OCO(CH2)7 = CH(CH2)7CH3 CH2OCO(CH2)16CH3
Gliseril trioleat (triolein) gliseril tristearat (tristearin)
(tl -17oC) (tl 55oC)
Alat dan Bahan
Alat
Neraca digital
Satu set alat soxhet
Mortar dan Alu
Gelas Ukur 25 mL
Pipet Tetes
Penangas Listrik
Cawan Penguap
Batang Pengaduk
Statif danklem
Batu didih
Botol semprot
Bahan
Kacang tanah
Eter
Aquadest
Kertas saring
Tali pengikat
Es batu
Aluminium foil
Cara Kerja
Menggerus 25 gram kacang tanah dengan mortar dan alu
Membungkus kacang tanah yang sudah halus dengan kertas saring sesuai dengan ukuran labu perendaman yang digunakan.
Menutup bagian atas dan bawah kertas saring dengan kapas kemudian memasukkannya ke dalam labu perendaman dan alat soklet.
Memasukkan eter ke dalam labu godok melalui labu perendaman sebanyak kurang lebih 60 % dari volume labu dan menambahkan beberapa butir batu didih.
Merangkai alat soklet.
Melakukan ekstraksi dengan memanaskan labu godok sampai terjadi sirkulasi pelarut sebanyak 5 kali dengan suhu 50 - 60 oC.
Melakukan destilasi untuk memisahkan eter dari residu.
Memindahkan residu ke dalam cawan penguap dan menguapkannya sampai residu bebas dari bau eter.
Mendinginkan residu kemudian menimbang dan mengukur volumenya untuk menentukan berat jenisnya.
Mengukur kadar minyak sampel tersebut.
Hasil Pengamatan
25 g kacang digerus kacang tanah halus dibungkus dengan kertas saring sampel diekstraksi 5 kali sirkulasi residu didestilasi residu (kuning) diuapkan residu berwarna kuning (minyak nabati)
Volume minyak nabati = 15 mL
Massa minyak nabati = 12,1 gram
Analisis Data
Massa jenis (ρ) minyak nabati
Dik : V minyak nabati = 15 mL
Massa minyak nabati = 12,1 gram
Dit : ρ….?
Peny :
ρ=(massa minyak nabati)/(volume minyak nabati)= (12,1 gram)/(15 mL)=0,807 gram/mL
Kadar minyak nabati dalam sampel
kadar (rendemen)=(massa minyak nabati)/(massa kacang tanah) x 100%
= (12,1 gram)/(25 gram) x 100%=48,4%
Pembahasan
Pada percobaan ini, akan dilakukan ekstraksi kontinyu untuk memperoleh minyak nabati dari kacang tanah. Ekstraksi adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan kelarutan suatu zat dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Pada percobaan ini, ekstraksi dilakukan dengan soxhletasi
Pertama-tama, kacang tanah digerus terlebih dahulu sebelum ditimbang. Fungsi penggerusan adalah untuk memperluas bidang sentuh sehingga semakin memudahkan dalam proses ekstraksi. Setelah itu, sampel dibungkus dengan kertas saring kemudian pada bagian atas dan bawah kertas saring diberi kapas. Hal ini agar sampel tidak keluar saat ekstraksi berlangsung.
Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah eter. Hal ini karena eter memiliki sifat yang sama dengan minyak nabati yaitu sama-sam bersifat nonpolar selain itu, eter juga bersifat volatile (mudah menguap). Sebelum dilakukan ekstraksi terlebih dahulu ditambahakan batu didih pada labu godog. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya letupan-letupan saat ekstraksi berlangsung. Ekstraksi dilakukan sebanyak 5 kali ekstraksi. Hal ini dilakukan agar semakin banyak minyak yang terekstrak dari sampel.
Setelah itu, residu yang diperoleh didestilasi untuk memisahkan minyak dengan eter. Selain itu dilakukan pula penguapan sampai bau eter tidak tercium lagi. Hal ini dilakukan agar minyak yang diperoleh benar-benar murni.
Dari hasil percobaan, diperoleh residu berwarna kuning dengan berat 12,1 gram dengan volume 15 mL. Dari hasil ini diperoleh massa jenis minyak nabati sebesar 0,807 g/mL selain itu diperoleh kadar minyak dalam sampel sebesar 48,4%
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Minyak nabati dapat diperoleh dengan jalan ekstraksi menggunakan soxhlet dan alat destilasi dengan pelarut eter
Kadar minyak dalam sampel 48,4% dengan ρ = 0,807 g/mL
Saran
Sebaiknya dalam praktikum, praktikan lebih teliti dan hati-hati agar diperoleh hasil yang maksimal.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Ekstraksi Kontinu Minyak Nabati. Http://id.netlog.com/ekha_mifta/blog/blogid.616hayu diakses pada 1 April 2010.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Said, dkk. 2005. Manfaat Bahan Alam. Bandung : Balai Pustaka
Syukri. 1999. Kimia Dasar II. Jakarta : Penerbit ITB.
Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.

1 komentar: